Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan

ATURAN BERDZIKIR (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana ke 17
ATURAN BERDZIKIR


Orang yang melakukan dzikir harus mematuhi aturan-aturan yang ditentukan. 

Pertama, tidak boleh syirik dalam dzikir. Para ulama menyatakan, seseorang yang melakukan dzikir dengan masih mengandung unsur-unsur syirik, misalnya masih ada niat-niat lain selain untuk Allah, maka itu akan memutuskan hubungannya kepada Allah dan menghalangi terbukanya hijab hati; sesuai dengan besar kecilnya syirik yang dikandungnya. Karena itu, setiap guru thoriqot harus memerintahkan para muridnya untuk bersungguh-sungguh dan benar dalam melakukan dzikir. Berdzikir dengan lisan (bukan hanya --dalam-- hati). Setelah mantap, kemudian melakukan dzikir dengan lisan dan hati secara bersama-sama. Hal ini harus terus menerus dilakukan sampai seseorang mencapai tingkatan tertentu, dan seluruh anggota badannya bias merasakan ikut berdzikir. 

TIDAK MELUPAKAN DZIKIR (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 16
TIDAK MELUPAKAN DZIKIR


Seseorang yang meniti jalan menuju Allah tidak boleh melupakan dzikir (ingat kepada Allah). Ini sangat penting. Para ulama menyatakan, “Siapa yang lupa Allah berarti telah menjadi kufur”. “Siapa yang mudah melupakan Allah dan hal itu tidak menyebabkannya merasa sakit, maka ia berarti pendusta kalau mengaku benar-benar meniti jalan Tuhan. Ia sama sekali tidak menyusuri jalan thariqat”. Dzikir menyebabkan seseorang selalu terjaga dan dilindungi Tuhan. Para ulama menyatakan, orang-orang arif senantiasa berdzikir kepada Tuhan. Bila melupakan-Nya, walau hanya satu dua nafas, Allah menyerahkan nasib mereka kepada syetan sehingga syetan menjadi temannya. Adapun orang-orang yang belum mencapai tingkatan tersebut, Allah tidak sampai berbuat demikian. Semua menurut tingkatan dan derajat masing-masing. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman, "Aku menurut hati hamba-Ku. Aku senantiasa bersamanya, selama ia berdzikir (ingat) kepada-Ku. Bila ia menyebut-Ku dalam hatinya, Aku mengingatnya dalam Dzat-Ku). Bila ia menyebut-Ku dalam masyarakatnya, Aku menyebut namanya dalam masyarakat yang lebih baik daripada masyarakatnya". Rasul sendiri memerintahkan para shahabat untuk memperbanyak dzikir. Bahkan, dalam sebuah riwayat Ibn Hibban dikatakan,

MEMPUNYAI RASA MALU DAN TATA KRAMA (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 15
MEMPUNYAI RASA MALU DAN TATA KRAMA


        Seseorang yang ingin mencapai Tuhan harus mempunyai rasa malu; malu melakukan segala perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-Nya. Para ulama menyatakan, ibadah mempunyai 71 jurusan (pintu). Tujupuluh (70) diantara terkandung dalam rasa malu, hanya 1 (satu) ada dalam semua bentuk kebajikan. Rasul sendiri selalu memerintahkan para shahabat agar mempunyai rasa malu terhadap Tuhan. Bagaimana malu terhadap Tuhan? "Orang yang malu kepada Allah adalah orang yang menjaga kepala dan apa yang ada didalamnya (pikiran-pikiran dan kayalan yang tidak benar), menjaga perut dan apa yang ada didalamnya (makanan yang tidak halal), dan senantiasa ingat mati dan kebinasaan. Siapa yang menginginkan akherat hendaknya meninggalkan pengaruh kehidupan dunia.

MEMPERBANYAK ISTIGHFAR (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 14
MEMPERBANYAK ISTIGHFAR


    Diriwayatkan, Rasul membaca istighfar sampai 70 kali dalam sehari semalam. "Sungguh, aku beristighfar dan meminta ampun kepada Allah, 70 kali sehari". "Hatiku selalu tertindih dan aku selalu meminta ampun kepada Allah 100 kali (sehari)". Berdasar hal itu, Abu Hasan As-Syadzili memerintahkan para muridnya untuk senantiasa beristighfar kepada Allah. Bisa dibayangkan, Rasul yang maksum (terjaga dan diampuni dosanya) beristighfar sebanyak itu, bagaimana dengan kita yang tidak terjaga? Mestinya harus lebih banyak dari itu. Waktu beristighfar, pertama, pagi dan sore hari. Diriwayatkan, setiap hari malaikat pencacat amal manusia senantiasa naik membawa laporan. Allah tidak melihat apa yang ada didalamnya, kecuali pada awal dan akhir catatan. "Benar benar Aku ampuni dosa hamba-Ku yang tercatat diantara awal dan akhir catatan ini". Maka, sungguh beruntung mereka yang dalam buku catatannya banyak dijumpai permohonan maaf (istighfar). Kedua, saat dilanda kesulitan dalam soal ekonomi. 

TIDAK BERLAKU DZALIM (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 13
TIDAK BERLAKU DZALIM


        Seorang murid (orang yang hendak berjalan menuju Tuhan) harus menghindarkan diri dari perbuatan dzolim, terutama kepada orang lain. Ini adalah masalah serius yang tidak akan dibiarkan oleh Tuhan). Adapun dzolim pada diri sendiri --selain syirik-- walau hal itu tetap tercatat, tidak akan diperdulikan oleh Allah, kalau mau bertaubat. Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Menurut Ali Al-Khowas, berbuat dzolim terhadap orang lain ada tiga macam; berhubungan dengan badan, berhubungan dengan harta dan yang berhubungan dengan harga diri atau kehormatan. Dzolim yang berhubungan dengan badan, seperti pembunuhan, pemukulan dan lain-lain, hukumannya telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih. Yang berhubungan dengan harta, hal ini tidak akan bisa selesai kecuali dengan mengembalikan harta yang diambil kepada pemiliknya yang sah, atau kepada ahli warisnya. Bila yang berhak telah meninggal, ia harus banyak sedekah dengan atas nama orang yang didzolimi. Bila tidak mampu, harus banyak berbuat baik yang nantinya bisa digunakan sebagai pembayaran ganti rugi kepada yang dirugikan. Bila tidak, maka ia hendaknya bersiap-siap untuk menanggung dosa dan tuntutan orang yang disakiti, di akherat kelak. "Sungguh, siapa yang mempunyai kebaikan --tetapi pernah menyakiti orang lain-- akan diambil kebaikannya untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dirugikan. Bila tidak mempunyai kebaikan --atau kebaikannya habis-- maka dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah disakiti ditimpakan kepada orang tersebut. Sedemikian, sehingga ia tidak mempunyai apa-apa kemudian dilemparkan kedalam neraka" (Al- Hadits). 

MENGISTIQOMAHKAN SHOLAT JAMAAH (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 12
MENGISTIQOMAHKAN SHOLAT JAMAAH 

        Setiap sholat jamaah, disana mesti ada seorang wali Allah, yang dengannya Allah memberikan syafaat kepada yang lain. Sholat dengan berjamaah adalah sesuatu yang sangat penting). Orang yang ingin masuk dalam Hadlirat Ilahy harus senantiasa menjaga sholatnya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, seorang lakilaki buta datang kepada Rasul. Ia minta keringanan untuk bisa sholat sendiri di rumah, karena tidak ada yang menuntun ke masjid. Ditanya oleh Rasul, Apakah kamu mendengar adzan?". "Ya", jawab orang itu. "Berarti kamu tetap wajib ikut jamaah". Ulama terdahulu menganggap bahwa ketinggalan sholat jamaah berarti musibah. 
        Pernah diceritakan, salah seorang shahabat menjenguk kebunnya yang jauh. Ia baru pulang sore hari dan ternyata jamaah sholat Ashar telah selesai. Ia sangat menyesal dan menangis. Kontan ia sedekahkan kebunnya sebagai ganti dari ketinggalannya dalam berjamaah. Begitu pula yang terjadi dengan putra Umar. Abdullah ibn Umar ra pernah tertinggal jamaah Isya. Maka, ia lakukan sholat sampai pagi, sebagai ganti dari ketertinggalannya dalam jamaah Isya.

TIDAK BANYAK BICARA (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 10
TIDAK BANYAK BICARA


            Untuk mendekatkan diri kepada Allah, seseorang hendaknya bisa menjaga mulutnya; tidak banyak bicara kecuali ada perlu). Rasulllah bersabda; "Siapa yang ingin selamat agamanya, hendaknya diam". Peribahasa mengatakan, berbicara adalah perak sedang diam adalah emas. Artinya, diam lebih baik daripada berbicara. Dalam thoriqot, sebagaimana dikatakan Al-Qusyairi, para murid juga disuruh diam, sebab berbicara sebenarnya adalah cobaan. Dengan banyak bicara, nafsu menjadi memperoleh alat dan kesempatan untuk menyalurkan hasrat-hasrat jahatnya; menunjukkan kebaikan diri, sombong, congkak dan lain-lain. Sedemikian, sehingga banyak bicara bias menyerap kebaikan-kebaikan yang dilakukan sebagaimana tanah kering menyerap air hujan. 
        "Banyak bicara menyerap kebaikan-kebaikan sebagaimana bumi menyerap air" (Abu Bakar ibn Ayyas). Selain itu, nur Ilahy juga akan keluar dari diri manusia ketika mereka banyak berbicara bohong. Sehingga, hatinya menjadi gelap, mati dan dirinya menjadi terlempar dari jalan Ilahy. "Gedung kewalian tiang-tiangnya telah terbagi Para pemimpin kita yaitu, dari para wali abdal Mereka selalu diam menjauhkan diri (uzlah) selamanya Menjaga lapar dan tidur untuk membersihkan hati yang mahal.

MELAKUKAN UZLAH (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 9
MELAKUKAN UZLAH


        Pernah ditanyakan kepada Rasul, "Siapa manusia yang paling utama". "Mereka adalah orang yang berjuang dengan jiwa dan hartanya"), jawab Rasul. "Kemudian siapa?". "Laki-laki yang menyendiri dalam lereng-lereng gunung untuk beribadah kepada Allah" (HR. Bukhori Muslim). Uzlah adalah menyendiri dan menjauhi keramaian masyarakat. Tujuannya, agar tidak terpengaruh akan segala dampak buruk dari bergaulan. Model uzlah seperti ini mengandung banyak kebaikan; dunia maupun akherat. As-Sirry menyatakan, siapa yang ingin selamat agamanya, ringan bebannya dan sedikit susahnya, hendaknya menghindarkan diri dari pengaruh jahat manusia (uzlah). Pernyataan itu dikuatkan oleh sebuah hadits; "Akan datang suatu masa dimana seseorang sulit melaksanakan ajaran agamanya dengan baik, kecuali dengan lari ke desa-desa, ke gunung-gunung atau ke gua-gua seperti musang yang menggali tanah" (Hadist). Kenyataannya, pergaulan memang banyak mendatangkan dampak negatif, selain yang baik. Belum pernah terjadi suatu peperangan, fitnah dan malapetaka kecuali timbul karena salah pergaulan. Karena itu, untuk pertama kalinya, seorang murid harus melakukan uzlah untuk kemudian berkholwat). Akan tetapi, hal itu bukan berarti seseorang yang melakukan uzlah mesti memutuskan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Muhammad ibn Al- Munir menyatakan, tidak benar orang yang melakukan uzlah kemudian memutuskan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. 

MENUNDUKKAN NAFSU (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 8
MENUNDUKKAN NAFSU

    Nafsu adalah bagian dari jiwa manusia yang selalu mengajak kepada kejahatan dan penyelewengan. Untuk bisa mencapai Hadlirat Ilahy yang suci, seseorang harus mampu menundukkan dorongan-dorongan nafsu ini). Sahal At- Tastary berkata; "Sejelek-jelek maksiat adalah menurutkan bisikan nafsu. Banyak manusia yang tidak menyadari akan hal ini. Bila seorang murid mampu menjaga dirinya dari gejolak nafsu dan melakukan dzikir, hatinya menjadi bersinar dan terjaga. Setan lari menjauh, sehingga gejolak perasaannya menjadi ringan. Saat itu, ia menjadi mudah untuk menundukkannya". Untuk menundukkan nafsu, caranya dengan mengurangi makan; sedikit demi sedikit. Berpuasa dan menahan lapar). Ini penting, sebab gejolak nafsu memang tidak bisa ditundukkan selain dengan lapar. Dengan mengurangi makan, maka energi nafsu menjadi lemah sehingga akhirnya mudah ditundukkan.

TIDAK CURANG DALAM PEKERJAAN (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 7
TIDAK CURANG DALAM PEKERJAAN

       Menipu atau berlaku curang dalam pekerjaan adalah perbuatan yang sangat dicela oleh agama. Diriwayatkan, suatu ketika Rasul pergi ke pasar dan dijumpainya disana setumpuk makanan. Rasul memasukkan tangannya dalam makanan tersebut, dan ternyata didalamnya basah. "Mengapa ini?", tanya Rasul kepada si penjual. "Wahai Rasul, makanan itu tadi terkena hujan", jawab si pemilik makanan. "Mengapa makanan yang basah tidak kamu taruh diatas sehingga orang-orang bisa tahu". Rasulullah selanjutnya bersabda, "Siapa yang menipu (berlaku curang), bukan termasuk golonganku".
           Setiap manusia, pada dasarnya, sadar akan apa yang ia lakukan; apakah dia telah berlaku jujur atau curang. Allah menjadikan manusia terpercaya atas dirinya sendiri. Bila menipu, berarti menghianati agamanya, dirinya sendiri dan masyarakatnya. Para ulama menyatakan, siapa yang berlaku baik dalam pekerjaannya, Allah berikan berkah dalam usahanya. Sedemikian, sehingga tanpa disadari, ia menjadi orang yang berkecukupan. Sebaliknya, siapa yang menipu, niscaya terbuka kejelekannya. Ia segera menjadi buah bibir masyarakat. Sesungguhnya, Allah menjadikan kemiskinan dalam penipuan dan menjadikan berkah dalam ketelitian dan kejujuran. 

MENJAGA RASA MALU (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 6
MENJAGA RASA MALU


        Rasa malu yang dimaksud disini adalah malu yang muncul karena sifat sombong. Misalnya, seseorang malu ikut jamaah dengan masyarakat awam, karena marasa bahwa dirinya seorang pembesar. Untuk menggapai Tuhan, sifat malu yang tidak benar seperti ini harus dibuang. Dalam syairnya, Umar ibn Farid menyatakan, "Peganglah ujung cinta Allah Buanglah rasa malu Lepaskan untuk menuju jalan Tuhan Walau tinggi kedudukannya". 
        Untuk menghilangkan rasa malu tersebut, Syeh Muhammad memerintahkan para muridnya untuk berdzikir keras-keras di pasar, jalan-jalan dan tempat-tempat kosong. "Dzikirlah di tempat-tempat itu -dengan keras-- sehingga kelak akan menjadi saksi untukmu. Teroboslah rahasia nafsu dan hancurlah rasa malu. Tanpa bisa menundukkan nafsu dan kesombongan, kamu tidak akan pernah sampai pada Hadlirat Ilahi".

MENJAGA DARI MAKANAN TIDAK HALAL (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 5
MENJAGA DARI MAKANAN TIDAK HALAL


        Untuk mencapai Hadlirat Ilahi, seseorang mesti menjaga diri dari makanan yang tidak halal. Makanan yang tidak halal akan mengeraskan dan mematikan hati. Ia juga menyebabkan terhijabnya manusia untuk masuk dalam Hadlirat Ilahi. Imam Abu Hanifah pernah berkata, "Seandainya seseorang terus beribadah kepada Allah sehingga seperti tonggak, namun ia tidak perduli makanan apa yang masuk dalam perutnya; halal atau tidak, maka semua ibadahnya sia-sia. Tidak diterima". Abu Ishaq Ibrahim ibn Adham menyatakan, yang terpenting seseorang harus meneliti dan membersihkan makanannya dari makanan yang tidak halal. Setelah itu, tidak ada lagi beban, walau tidak berpuasa disiang hari dan tidak bangun malam. Makanan adalah sesuatu yang sangat penting dalam keselamatan dan kehidupan ruhani manusia. Abu Bakar At-Turmudzi menyatakan, seseorang tidak akan terhalang maksudnya kepada Allah kecuali dengan tiga masalah;
  1. Menggunakan hujjah pada sesuatu yang sebenarnya tidak bisa digunakan.
  2. Tergesa-gesa dalam jalan thoriqot, karena menurutkan hawa nafsu.
  3. Makan makanan haram dan subhat.

TIDAK MENYAKITI ORANG LAIN (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 4
TIDAK MENYAKITI ORANG LAIN

        Menyakiti orang lain termasuk racun-racun hati yang mematikan. Sungguh, seseorang bisa terhalang musyahadahnya kepada Allah, sebab dua hal; makanan kotor) dan menyakiti orang lain). Pedoman orang menuju jalan Allah ada tujuh;
  1. Berpegang teguh pada kitab Allah.
  2. Mengikuti sunnah Rasul.
  3. Makan makanan yang halal.
  4. Menjauhi perbuatan maksiat.
  5. Bertaubat dari segala kesalahan.
  6. Melaksanakan segala kewajiban.
  7. Menghindarkan diri dari menyakiti orang lain.

MENGHINDARI RIYA' (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 3
MENGHINDARI RIYA'


        Orang yang ingin mencapai Tuhan harus menghindarkan diri dari riya'. "Riya adalah racun yang mematikan dan melebur pahala", kata Ibrahim Al- Matbuli. Riya mensia- siakan pahala amal dan mematikan hati). Termasuk tanda-tanda riya, adalah menganggap enak dalam melakukan ibadah. Ini bertentangan dengan watak asli manusia. Manusia, pada umumnya, tidak akan menganggap enak dalam melakukan ibadah, kecuali bila perbuatan tersebut sesuai dengan seleranya. Bila tidak, pelaksanaan ibadah akan terasa sangat berat. Termasuk riya' adalah melakukan amal untuk Allah tapi masih dibarengi dengan tujuan-tujuan lain. Abdul Qodir Ad- Dasthuthi, "Murnikan tujuan amalmu hanya kepada Allah). Jangan sepelekan masalah ini dengan membaurkannya bersama hasrat-hasrat nafsumu. Bila tidak, amal ibadahmu akan rusak". 
        Pendorong amal perbuatan manusia biasanya ada dua; kepentingan dunia dan akherat. Ini sesungguhnya juga termasuk jalan menuju riya yang sangat sulit dihindarikan. Bila kepentingan akherat mengalahkan kepentingan duniawi, berarti amalnya masih bercampur dengan riya. Namun, sebagian ulama menyatakan, kepentingan akherat yang mengalahkan kepentingan duniawi masih sama artinya pekerjaan yang melulu didorong oleh kepentingan duniawi. Artinya, amal tersebut tidak termaafkan; tidak diterima.

MENINGGALKAN PERKARA MUBAH (seri terjemah kitab minahus saniyah)

Wacana 2
MENINGGALKAN PERKARA MUBAH


          Ali al-Murshifi menyatakan bahwa seorang murid tidak akan bisa mencapai maqam tinggi, hingga ia mampu meninggalkan perkara mubah untuk kemudian menggantinya dengan perbuatan-perbuatan sunnah.
       Perbuatan mubah, menurut Ali Al-Khowash, pada dasarnya adalah diciptakan hanya sebagai "selingan" atau tempat istirahat bagi manusia, setelah melakukan beban berat yang diberikan Tuhan. Hal ini disebabkan, pada diri manusia memang ada rasa bosan. Bila tidak, Allah tidak akan memberikan hokum mubah pada manusia; sebagaimana malaikat yang tidak kenal bosan. Mereka selalu bertasbih kepada Allah, tanpa rasa bosan). Karena itu, para ulama menyatakan, orang yang menggunakan rukhshoh (keringanan hukum yang diperbolehkan; perkara mubah), tidak akan mendapatkan apa-apa dalam jalan thoriqot. Dalam thoriqot, para guru pembimbing biasanya menuntut para muridnya untuk sedapat mungkin meninggalkan perkara mubah. Minimal mengurangi, untuk kemudian menggantinya dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kedudukannya disisi Allah. Bila seseorang tidak menemukan bentuk ketaatan sebagai pengganti mubah, maka dalam perbuatan mubah tersebut; seperti makan dan minum, harus diniatkan untuk sesuatu yang baik. Misalnya, makan agar kuat ibadah dan bercakap-cakap untuk menghilangkan kemasaman muka terhadap teman.

Terjemah Kitab Minahus Saniyah

 Oleh
Sayyid Abdul Wahhab As Sya'rani

 

 DAFTAR ISI

Wacana 1     :    Taubat Secara Benar

Wacana 2    :    Meninggalkan Perkara Mubah

Wacana 3    :    Menghindari Riya

Wacana 4    :    Tidak menyakiti Orang Lain

Wacana 5    :    Menjaga Dari Makanan Tidak Halal

Wacana 6    :    Menjaga Rasa Malu

Wacana 7    :    Tidak Curang Dalam Pekerjaan

Wacana 8    :    Menundukkan Nafs

Wacana 9    :    Melakukan Uzla

Wacana 1 :      Tidak Banyak Bicara

Wacana 1 :    Tidak Meninggalkan Shalat Mala

Wacana 1 :    Mengistiqomahkan Shalat Jamaah

Wacana 1 :    Tidak Berlaku Zalim

Wacana 1 :    Memperbanyak Istighfar

Wacana 1 :    Mempunyai Rasa Malu dan Tata Krama

Wacana 1 :    Tidak Melupakan Dzikir

Wacana 1 :    Tata Aturan berdzikir

 

"Nakal karena keturunan" Pemahaman yang perlu diservis!

 

"Nakal karena keturunan" Pemahaman yang perlu diservis!

(Pengaruh Genetik Terhadap Perkembangan Karakter Anak)

Oleh ; Ahsantu Dzonni

Sering kali kita masih menemukan di dalam masyarakat bahwa jika seorang anak itu mempunyai karakter buruk atau nakal, maka pasti dikarenakan faktor gen atau keturunan dari kedua orang tuanya. Jadi mereka sering men-generalisir bahwa jika seorang anak itu suka minum, maka pasti salah satu orang tuanya adalah peminum, atau kalau ayahnya pencuri maka anaknya pasti juga akan menjadi pencuri.

Pemahaman tersebut sudah pasti kurang tepat karena banyak studi yang menyatakan bahwa gen bukan faktor yang dominan dalam mempengaruhi karakter seorang anak. Dalam agama Islam dijelaskan bahwa seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan keadaan “Fitroh” suci dan bersih, sehingga kenakalan tidak dapat dianggap sebagai sifat bawaan dari keturunan, dijelaskan dalam Hadits: Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR. Muslim).