Tampilkan postingan dengan label KISAH INSPIRATIF. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KISAH INSPIRATIF. Tampilkan semua postingan

Kisah dua saudara ahli ibadah dan pemabuk yang berakhir tidak terduga

ahli ibadah dan pemabuk    Dihikayatkan tentang dua orang bersaudara, yang satu ta’at beribadah, sedangkan yang lainnya merupakan orang yang berlebihan atas dirinya. Orang yang taat beribadah berangan-angan ingin bisa melihat iblis. Lalu, pada suatu hari tampaklah iblis seraya berkata, “Alangkah menyesalnya kamu yang telah menyia-nyiakan umurmu selama empat puluh tahun dalam menahan nafsu dan melelahkan badan, padahal umurmu masih tersisa, seperti umurmu yang telah lewat. Maka, bebaskanlah dirimu dalam mengumbar hawa nafsu.” Ahli ibadah itu berkata di dalam hatinya, “Aku akan turun menemui saudaraku yang berada di bawah rumah dan akan menemaninya makan, minum, dan menikmati kelezatan-kelezatan lainnya selama dua puluh tahun. Kemudian aku akan bertobat dan beribadah kepada-Nya selama dua puluh tahun sisa umurku.” Dia pun turun dengan niat itu.

    Sementara itu, saudaranya yang masih senang bermaksiat tersadar dari mabuknya. Dia menemukan dirinya dalam keadaan hina. Lalu, dia berkata di dalam hatinya, “Sesungguhnya aku telah membinasakan umurku sendiri karena selalu berada dalam perbuatan-perbuatan maksiat,” dan saudaraku selalu menghabiskan waktunya dengan taat kepada Allah swt. dan beribadat kepada-Nya. Dia akan masuk ke surga karena taat kepada Tuhannya, sedangkan aku akan masuk neraka karena perbuatan maksiatku.”

KEUTAMAAN SURAT WAQI'AH


Hadiṡ-hadiṡ Nabi SAW tentang keutamaan dan keistimewaan surat al-Waqi'ah dalam menghasilkan rizki, tersebut dalam kitab Khazinatul Asrar sbb.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من قرأ سورة الواقعة كل ليلة لم تصبه فاقة أبدا قال سعد المفتى هو حديث صحيح و في حديث اخر من داوم علي قراءة سورة الواقعة لم يفتقر أبدا

Artinya : Rasulullah Saw. bersabda: "Barang siapa membaca surat al-Waqi'ah setiap malam maka dia tidak akan mengalami kefakiran selama-lamanya". Sa'd al-Mufty berkata : "Itu adalah hadiṡ ṣahih". Dalam hadiṡ lain disebutkan; "Barang siapa melanggengkan membaca surat al-Waqi'ah maka dia tidak akan fakir selamanya".

Dibaca 40 kali, atau 14 kali setiap ba'da 'aṣar

Khusus mengenai surat al-Waqi'ah, barang siapa membaca surat al-Waqi'ah 40 hari setiap harinya dia membaca 40 x dengan berturut-turut, tidak pernah senggang dari membacanya, maka sesungguhnya Allah akan memberikannya rizki yang luas tanpa ada kesulitan.

kunci sukses hidup santri

Copas bermanfaat..😁
Yg masih bingung mau nyoblos.. Monggoo di mantabkan hatinya.. 😄

Kisah abah Mubarok Chudlori punggul dg kh faqih langitan

sebelum Tahun Politik dimulai, saat acara Haul Langitan. Malamnya, almamater kami mengadakan rueni,kebetulan malam itu salah satu guru yg berkenan hadir Dan memberikan dawuh2 adalah beliau Pak Barok salah satu guru sepuh Al Falahiyah.

Diantara yang saya ingat dawuh beliau adalah; diluk kas wayae coblosan, aku samean kabeh duwe kiyai, pesenku manuto opo sing dadi pilihane masyayekh, ora ono rugine santri melu opo sing di dawuhno yai. Istikhorohku, istikhoroe samean kabeh ambek yai iku bedo adoh. ojo nganti duwe anggepan yai ora ngerti opo2 masalah politik, ngertine mung ngaji tok.

Beliau melanjutkan, aku disek pernah ditimbali yai terus di dawuhi, "barok, koe kok meneng wae, ngerti kiyaine duwe gawe ngene ko meneng ae". padahal niatku ora pengen melu2 masalah politik, cerita beliau. Teruse dawuhe yai "kapan ono sapi ndase ngidul, yo buntute melu ngidul, ora ko malah meneng wae, koe ngerti yaine ngidul, lha santrine malah meneng wae. Meluo aku niatono ngaji lan berjuang".

Lanjute aku di utus kaleh yai ngewehi pemberitahuan ng alumni masalah pilihane yai. Sak bakdane rampung, aku matur ng yai nek kapan wes mari, lha trus yai dawuh; "wes mari rok?", geh sampun yai, "ora ono omongan opo2 teko alumni?" wonten yai (pak barok kaget, yai ko perso), "ngomong opo, rok?" ngapunten yai sakderenge, wau ono alumni ngomong ngeten "Sepurane kang, nek urusan agomo aku manut kiyai, nek urusan politik aku bedo ambek yai." seketika itu yai dawuh "Titeni yo barok, bocah sg model ngunu uripe kurang barokah, soyo suwe ngadoh marang kiyai ne. Biyen aku yo podo karo awakmu ngeneki, diutus Yai masalah koyo ngeneki, banjur ono alumni ngomong ora adoh koyo dehne opo sing mbok sampekno. Padahal iku alumni ng desoe wes dadi yai, santrine akeh, pondoke gede. Ndelalah pas mati, santrine bubar kabeh, anak turune ora ono sg di pondokno ng langitan, malahan kuburane ora oleh diziarohi ambi anake, alias anake pahame wes bedo ambi bapake. Sampek saiki kuburane bapake ora ono sg ziarohi. Pondoke ora ono sing nerusno, tutup nganti saiki." mulane, samean kabeh iki manuto yai, ojo sampek gara2 perkoro sepele, biyen kebleset titik ora manut yai dadine koyo ngunu. pungkas pak barok.

Beliau jg pernah menyampaikan saat kami msh kls 3 Aliyah, 

Ilaa ruhii abah mubarok chudlori, alfaatihah... 

Hikmah yg dpt kita ambil... 
* Santri mati urip manut Kiyai. 
* Kalau ada jargon "berbeda itu indah" ya monggo, bedo karo guru masalah ngunu iku gk duso, tp suul adab. 
* Kalau memang terpaksa gk podo, yo sowan, matur sg sopan. Uneg2 ke ditokno kabeh, insya allah beliau para Masyayekh memberi solusi yg terbaik. Ojo malah ditafsiri karepe dewe ngalor ngidul, dipadak2 no ambek perkoro liyo.

Demi Santri, Habib Umar Rela Kedinginan

Demi Santri Habib Umar rela kedinginan

Dikutib dari NU.or.id

Habib Hamid Al-Qodri mengisahkan, pada sebuah malam di musim dingin di mana suhu di Pondok Darul Mustofa, Tarim, Hadramaut, Yaman mencapai 4 derajat celcius, beberapa murid asal Indonesia kedinginan.

Mereka adalah murid yang baru beberapa saat tiba di Yaman dan baru pertama kali merasakan musim dingin. Pada waktu itu, terdapat empat murid asal Indonesia yang tak kebagian selimut tebal. Akhirnya Habib Umar mendatanginya sambil membawa dua lembar selimut. Lalu Habib Umar bertanya, ‘apakah selimutnya masih kurang?’. Para muridnya menjawab, ‘Iya masih kurang, Habib’. 

Selang beberapa waktu Habib Umar datang dengan selembar selimut di tangannya. Setelah menyerahkan, Habib Umar bertanya lagi, ‘apakah masih kurang?’. Lalu muridnya menjawab ‘Iya, kurang satu lagi Habib’. Tak lama, Habib Umar datang lagi membawa dan menyerahkan selembar selimut lainnya yang agak bau ‘pesing’. Walhasil murid yang menerima selimut terakhir ini sedikit menggerutu.

Keesokan harinya ia mengeluh pada temannya yang lebih senior tentang selimut yang diterimanya. Rekannya lalu berkata, “Sesungguhnya dua selimut yang diberikan pertama kali oleh Habib Umar adalah milik Habib Umar sendiri dan istrinya. Sedangkan dua yang terakhir adalah milik anak-anaknya yang masih kecil,” kata rekannya seperti ditirukan Habib Hamid Al-Qodri.  “Jadi Habib Umar sampai rela dia dan keluarganya serta anak-anaknya tidur kedingingan karena rasa perhatian yang tinggi pada muridnya yang datang dari jauh,” ujarnya.



JASAD YANG UTUH DALAM KUBUR KARENA MAHABBAH KEPADA NABI MUHAMMAD SAW

 


Adalah Syeikh Isa Al-Bayanuni  rahimahullah  seorang ulama yang berasal dari “Bayanun” salah satu desa yang menjadi bagian kota Aleppo di Suriah merupakan seorang ulama yang begitu cinta kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan beliau mendapat julukan “Maddah arrasul” atau sang pemuja Rasulullah SAW sebab mengarang banyak bait syair pujian kepada Rasulullah SAW.

Syeikh Isa Al-Bayanuni  rahimahullah  berkata:

Aku bermimpi melihat Nabi Muhammad saw, beliau berkata kepadaku: "Kami sudah menyiapkan tempat untukmu di dekat kami"

Lantas Syeikh berangkat haji ke Makkah, lantas menziarahi Rasulullah saw. Tiga hari setelah ziarah, beliau sakit selama beberapa hari kemudian wafat dan dimakamkan di Pemakaman Baqi'. Setelah beberapa tahun dari wafatnya, makam beliau dibongkar untuk menguburkan orang yang baru  saja meninggal. Ternyata mereka menemukan jasad Syeikh masih utuh.

Bagaimana jasad beliau tidak utuh, sedangkan beliau berkata dalam Syairnya:

جسد تمكن حب أحمد فيه تالله إن الأرض لا تبليه

Jasad yang menyimpan cinta pada Ahmad (Nabi Muhammad), demi Allah tak kan pernah dimakan bumi.

أو كيف يبليه التراب وحبه في قلبه ومدحه في فيه

Atau, bagaimana tanah akan memakannya, sedangkan cinta pada Nabi ada di hatinya, pujiannya ada di lisannya.

أكثر عليه من الصلاة فإنها نور لقبرك عند ما تأويه

Perbanyaklah Sholawat kepada Nabi, sesungguhnya sholawatmu akan menjadi cahaya dalam kubur saat kau memasukinya.

 اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد.

(kisah Islami) KELEDAI YANG MENGADU PADA RASULULLAH SAW


Kisah Islami
KELEDAI YANG MENGADU PADA RASULULLAH SAW

Pada suatu hari seekor keledai pergi menemui Rasulullah SAW. Kemudian dia berkata, “Ya Rasulallah, Allah yang Maha Besar telah menambah jumlah keluarga kami sebanyak 60 ekor. Setiap ekor telah tuan kendarai. Namun, aku saja yang belum pernah tuan kendarai. Oleh karena itu, mohon tuan mengendarai aku pula. Aku lebih suka tuan menjagaku daripada tuanku sendiri.”

“Kenapa engkau berkata seperti itu wahai keledai?” tanya Rasulullah SAW.
“Karena penjagaku itu tidak menjaga dengan baik dan senantiasa membiarkanku kelaparan.” Jawab keledai tersebut.

“siapa yang menjaga engkau wahai keledai yang malang?” tanya Rasul lagi
Keledai itu pun segera menjawab “Yazid bin Shahab”.

Dan semenjak itu nasib keledai itu pun berubah. Ketika Rasulullah SAW wafat, keledai itu amat sedih seolah-olah enggan berpisah dengan Nabi. Keledai itu kemudian ikut jatuh sakit dan akhirnya terjatuh ke dalam perigi dan mati.

Abu Hurairah R.A Yang Kelaparan Sampai Dikira Terkena Penyakit Sawan



Pada suatu hari abu hurairah sedang membersihkan hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Kemudian dia berbicara sendiri. “Ah, lihatlah Abu Hurairah, dia membersihkan hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Teringat aku semasa biasanya berbaring diantara mimbar dengan rumah Nabi. Orang menyangka aku mengidap penyakit sawan. Padahal sebenarnya aku sedang menderita kelaparan.”

Abu hurairah mengalami kelaparan selama beberapa hari. Kadang-kadang kelaparan yang dialaminya begitu dasyat hingga ia jatuh pingsan. Orang yang melihat keadaanya menyangka ia terkena penyakit sawan. Pada masa itu penderita-penderita penyakit sawan diobati dengan meletakkan kaki di lehernya. Penderitaan Abu Hurairah ini terjadi saat islam pertama kali berkembang di tanah Arab. Saat Islam telah tersebar dengan luas, kehidupan Abu Hurairah agak sedikit sejahtera.

Sebagaimana yang telah tercatat dalam sejarah Islam, bahwa Abu Hurairah adalah termasuk ahlus Suffah yaitu komunitas shabat yang tinggal di serambi masjid, mereka (ahlus suffah) adalah orang-orang fakir yang tidak memiliki keluarga dan harta di kota Madinah. Oleh sebab itu mereka disuruh oleh Rasulullah untuk tinggal di masjid, sedangkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka dibantu oleh para sahabat-sahabat lain yang kaya/mampu.

Namun, suffah /serambimasjid tersebut tidak hanya dipakai untuk penampungan saja, akan tetapi dipakai untuk lembaga pendidikan atau majlis ilmu mereka belajar agama Islam, membaca mendengarkan, dan mengkaji al-Qur’an serta hadits-hadits Nabi Saw. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Hurairah r.a. hampir setiap waktu dia menyertai Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu tidak salah jika Abu Hurairah adalah termasuk salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi Muhammad SAW.

Dia merupakan seorang yang sangat warak dan suka menunaikan sembahyang nafilah. Dia mempunyai sebuah tasbih yang penuh dengan biji-biji buah tamar yang digunakan untuk berdzikir. Dirumahnya senantiasa terdapat orang yang sibuk sembahyang.
Dikutip dari “The Scret Kisah-Kisah Teladan”; Abdul Aziz Saefuddin

BATU PENGGILING GANDUM YANG MASUK SURGA


FATIMAH AZ-ZAHRO R.A DAN GILINGAN GANDUM YANG BERPUTAR DENGAN SENDIRINYA

Suatu Hari Rasulullah SAW berkunjung ke rumah putrinya Fatimah az-Zahra r.a. beliau menemukan istrinya sedang menggiling sayir (sejenis padi-padian) dengan penggiling tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya “apa yang menyebabkan kamu menagis wahai Faimah. Semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis.”

Fatimah r.a berkata “ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan ananda menagis.” “ayahanda, maukah kiranya meminta Ali (suami Fatimah r.a) mencarikan ananda seorang jariyah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah.”

Mendengan perkataan purinya bangunlah Rasulullah SAW kemudian mendekati penggilingan tersebut. Beliau mengambil syair dan diletakkan dalam penggilingan seraya mengucapkan “bismillahirrahmanirrahim”. Penggilingan tersebut kemudian berputar sendiri dengan izin Allah SWT. Rasulullah saw meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk putrinya dengan tangan, sedangkan penggilingan itu berputar sendiri sambil bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga butir-butir syair itu selesai digiling seluruhnya.

Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, “berhentilah berputar dengan izin Allah SWT.”. Penggilingan tersebut kemudian berhenti berputar lalu berkata (atas izin Allah yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata) dalam bahasa Arab yang fasih “Ya Rasulullah saw, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari masyriq dan maghrib pun nisacaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT sutu ayat yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“ Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S. At Tahrim:6)

Maka hamba takut, ya Rasulallah, kelak hamba menjadi batu yang masuk dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda kepada batu tersebut “bergembiralah karena engkau adalah salah satu batu mahligai Fatimah Az Zahra di dalam surga.” Maka bergembiralah penggiling itu mendengar berita itu, kemudia ia pun terdiam.

Rasulullah bersabda kepada putrinya, “jika Allah SWT menghendaki wahai fatimah, niscaya penggiling itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu dan diangkatnya untukmu beberapa derajat. Ya Fatimha, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya itu suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.”

“Ya Fatimah, perempuan yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Allah SWT menjadikan diantara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Ya Fatimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka serta mencuci pakaian mereka, maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang bertelanjang”

“Ya Fatimah, perempuan yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar pada hari kiyamat.”

“Ya Fatimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhoan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridho denganmu, aku tidak akan mendoakanmu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fatimah, bahwa ridho suami itu dari Allah SWT, dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT.?”

 “Ya Fatimah, apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka para malaikat beristighfar untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan, maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihat di jalan Allah SWT. Apabila ia melahirkan anak, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan saat ibunya melahirkannya. Apabila ia meninggal, ia tidak akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikit pun. Dan kuburnya akan menjadi sebuah taman dari taman-taman surga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta akan beristighfar untuknya seribu malaikat hingga akhir kiamat.”

“Perempuan yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ihlas serta niat yang benar, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya dan Allah akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.”

“Ya Fatimah, perempuan yang tersenyum di hadapan suaminya, maka Allah SWT akan memandangnya ddengan pandangan rahmat.”

“Ya Fatimah, perempuan yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati, maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat) “teruskanlah amalmu, maka Allah SWT telah mengampunimu dosa-dosamu yang lalu dan dosa yang akan datang.”

“Ya Fatimah, perempuan yang meminyaki rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya, maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai surga dan Allah SWT akan meringankan sakarotul mautnya. Dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman surga serta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas sirotol mustaqim.”

Nasihat Imam Abu Hanifah Untuk Orang yang Malas Bekerja



Didalam islam tidak diperkenankan untuk berbutus asa. Kita harus selalu berusaha untuk meraih kesuksesan, baik di dunia maupun akhirat. Oleh sebab itu, tidak ada istilah pengangguran, istilah itu hanya digunakan oleh orang yang berakal sempit. Islam mengajarkan kita untuk maju kedepan, bukan meminta-minta dijalan.

SI PEMALAS DAN ABU HANIFAH

Suatu hari ketika imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melewati sebuah rumah yang jendelanya masih terbuka. Dalam rumah ia mendengar suara orang yang sedang mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Dalam keluhan orang tersebut dia berkata “Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini. Agaknya tidak ada seorang pun yang lebih malang daripada nasibku yang celaka ini. Sejak dari pagi belum datang sesuap nasi atau makanan pun dikerongkonganku sehingga seluruh badanku menjadi lemah. Oh, manakah hati yang berbelas kasih dan sudi untuk memberi curahan air walau setetes.”

Mendengan keluhan itu, Abu Hanifah merasa kasihan. Lalu, beliau pulang ke rumahnya dan mengambil sebuah bungkusan untuk diberikan kepada orang itu. Imam abu Hanifah kemudian melemparkan bungkusan yang berisi uang tersebut kepada si malang itu dan segera meneruskan perjalanannya. Sementara itu, si malang merasa terkejut setelah menemukan sebuah bungkusan yang tidak diketahui darimana datangnya. Si malang pun tergesa-gesa membukanya dan mendapati di dalamnya ada uang dan secarik kertas yang bertuliskan “ Hai Manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh seperti itu. Kamu tidak perlu mengeluh dengan nasibmu. Ingatlah kepada kemurahan Allah dan cobalah memohon kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus. “

Pada keesokan harinya, imam Abu Hanifah melewati kembari rumah tersebut, dan terdengan keluhan simalang lagi, “Ya Allah Tuhan yang Maha belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kemarin. Sekedar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika tuhan tidak memberi, akan lebih sengsaralah hidupku, semakin tidak untung nasibku”. Mendengan keluhan itu, Iman Abu Hanifah melemparkan lagi bungkusan berisikan uang kedalam rumah tersebut dan secarik kertas dididalamnya. Simalang semakin gembira mendapat bungkusan itu dan membukanya dan membaca tulisan yang ada dalam kertas tersebut “Hai kawan, bukan begitu cara bermohon, bukan demikian cara berikhtiyar dan berusaha. Perbuatan demikian ‘malas’ namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh tidak ridho tuhan melihat orang pemalasa dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Janganlah berbuat demikian. Hendaklah kamu bekerja dan berusaha, karena kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari ataui diusahakan. Orang hidup tidak bisa hanya duduk diam, tetapi haruslah bekerja dan berusaha. Allah tidak akan memperkenankan permohonan orang yang malas untuk bekerja. Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang berputus asa. Sebab itu carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhityarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. Insyaallah pekerjaan itu akan kamu peroleh selama kamu tidak berputus asa. Nah, carilah segera pekerjaan, saya doakan semoga sukses.”

Selesai membaca surat itu, ia termenung, ia insaf dan sadar akan kemalasannya. Selama ini ia tidak mau ikhtiyar dan berusaha. Pada keesokan harinya, ia keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak hari itu, sikapnya pun berubah mengikuti peraturan-peraturan hidup (sunnatullah) dan tidak lagi melupakan nasihat orang yang  memberikan nasihat itu.

 


KISAH LUCU PEBISNIS YANG INGIN SEDEKAH DIAM-DIAM (ceramah Habib Ali Al Jufri)

Sedekah secara diam-diam adalah amalan yang sangat mulia, dalam Hadist disebutkan orang yang yang sedekah secara diam-diam akan mendapatkan naungan Allah pada hari dimana tidak adan naungan وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ (Dan seorang yg bersedekah dgn diam-diam, sehingga tangan kanannya tak mengetahui apa yg disedekahkan oleh tangan kirinya). 
Namun bersedekah tanpa ada seorang pun yang mengetahui akan sangat berat dilakukan, hal itu karena sifat dasat manusia yang suka untuk dipuji dan riaya' atau pamer.
mengenai hal tersebut  Al Habib Ali Al Jufri bercerita:

Imam Abdul Wahhab Ash Sya'roni adalah salah satu imam Al Azhar yang Masyhur, Suatu ketika datang seorang pebisnis kepada beliau dan berkata: "Syeikh, aku telah mendengarmu berceramah tentang bersedekah secara diam-diam dan pahalanya, aku memutuskan akan melakukannya. Tunjukkanlah aku orang miskin yang layak menerima sedekah, aku akan memberinya sedekah di malam hari".

Imam Abdul Wahhab
:
"saudaraku, aku tidak berfikir kamu siap untuk bersedekah tanpa seorang pun tahu".

Pebisnis                  
:
"tidak tidak, cobalah aku!"
Imam Abdul Wahhab
:
"akankah kau bersabar?"
Pebisnis                     
:
"ya, aku akan sabar"
Imam Abdul Wahhab
:
"baiklah, ada seorang fulan dan fulan, mereka adalah seorang keluarga yang baik dan membutuhkan, tetapi mereka tidak memperlihatkan kesulitannya kepada orang lain. orang lain berpikir mereka orang mampu karena mereka tidak memperlihatkan kekurangannya"

Pebisnis                    
:
"baikah, semoga Allah membalasmu"

Pada malam harinya pebisnis tersebut menempatkan tas yang berisi emas di depan rumah orang yang telah ditunjukkan oleh sang Imam. Dia mengetuk pintu dan bergegas pergi sebelum keluarga tersebut mengetahuinya bersedekah secara diam-diam.
Keesokan harinya pebisnis tersebut menghadiri majelis sang Imam, dia duduk dan diam, berjuang untuk tidak mengatakan sesuatu. 

Pebisnis                    
:
syeikh! aku memberimu kabar gembira!, dengan rahmat Allah, saat ini banyak orang yang bersedekah secara diam-diam"
Imam Abdul wahhab haya tersenyum namun tidak berkomentar.
beberapa saat kemudian pebisnis tersebut berkata

:
"apakah kau tahu syeikh?, tadi malam aku mendengar si fulan telah mendapatkan sedekah secara diam-diam"
Imam Abdul Wahhab As Sya'roni menatapnya dan tertawa. beberapa saat kemudian pebisnis itu berkata

:
"syeikh! ada seorang pebisnis yang mengahadiri majlis ini,, hendaknya mereka sepertiku, tadi malam aku bersedekah kepada orang-orang secara diam-diam".
Sang imam berkata

:
"aku berkata kepadamu, kamu belum siap untuk bersedekah tanpa seorang pun tahu"

berikut video ceramahnya

credit for https://t.me/tareem_lovers, thanks for sharing. 

GARA-GARA PUNYA ISTRI CEREWET, ORANG INI MAMPU MENAKHLUKKAN HARIMAU

Ada seorang yag shalih, ia mempunyai saudara (sahabat) yang shalih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari ia mengunjunginya lagi, sampai ke rumah yang dituju pintunya masih tertutup. Ia ketuk pintu rumah itu. Dari dalam terdengar suara wanita: “SIAPA  ITU?” Orang yang salih menjawab: “AKU, SAUDARA  SUAMIMU. AKU DATANG UNTUK MENGUNJUNGINYA, HANYA KARENA ALLAH SEMATA”
“DIA SEDANG KELUAR MENCARI KAYU BAKAR, BALAS ISTRI SAHABATNYA. MUDAH-MUDAHAN IA TIDAK KEMBALI. Lanjutnya sambil terus bergumam memaki-maki suaminya.

Ketika mereka sedang terlibat perbincangan, tiba-tiba  saudara yang salih itu datang sambil menuntun seekor harimau yang sedang membawa seikat kayu bakar. Begitu melihat saudaranya datang mengunjunginya, ia menghambur kepadanya seraya bersalam. Kayu bakar itu lalu diturunkan dari punggung harimau tersebut. Katanya kemudian: “SEKARANG PERGILAH KAMU, MUDAH-MUDAHAN ALLAH MEMBERKAHIMU. ”

Orang yang salih itu (tuan rumah) lalu mempersilakan saudaranya masuk. Sementara istrinya masih  bergunam memaki-maki dirinya. Namun sebegitu jauh ia hanya berdiam, tanpa menunjukkan  reaksi kebencian. Setelah terlibat perbincangan beberapa saat lamanya, hidangan keluar disuguhkan. Dilanjutkan berbincang-bincang hingga beberapa saat.

Setelah  itu  saudaranya  berpamitan  dengan  menyimpan  kekaguman yang sangat berkesan. Ia sangat kagum sebab saudaranya sanggup menekan kesabarannya menghadap isteri yang begitu cerewet dan berlidah panjang.
Tahun berikutnya ia berkunjung lagi. Sampai di depan pintu ia mencoba mengetuknya. Isterinya keluar dan menyapa: “TUAN SIAPA?”
“AKU ADALAH SAUDARA SUAMIMU, BALASNYA. KEDATANGANKU INI SEMATA UNTUK MENGUNJUNGINYA. ”

“OH, SELAMAT DATANG, TUAN, ” kata isteri saudaranya seraya mempersilahkan masuk penuh keramahan. Tidak begitu lama saudara shalih yang ditunggunya  tiba  juga sambil memanggul seikat kayu  bakar. Mereka segera terlibat perbincangan sambil menikmati hidangan yang disuguhkan.

Setelah semuanya dirasa cukup, dan ketika ia hendak kembali, ia sempatkan bertanya tentang beberapa  hal. Bagaimana  dahulu  ia dapat menundukkan seekor harimau dan  mau diperintah membawakan  kayu  bakar. Sedang sekarang ini ia hanya datang sendirian sambil  memanggul  kayu  bakar. “KENAPA BISA BEGITU?” tanya saudaranya. Saudaranya menjawab:

”KETAHUILAH  SAUDARAKU,  ISTERIKU  YANG  DAHULU BERLIDAH PANJANG ITU SUDAH MENINGGAL. SEDAPAT MUNGKIN AKU BERUSAHA BERSABAR ATAS PERANGAI BURUKNYA. SEHINGGA ALLAH  MEMBERI KEMUDAHAN  DIRIKU  UNTUK MENUNDUKKAN SEEKOR HARIMAU, SEBAGAIMANA PERNAH ENGKAU LIHAT SENDIRI SAMBIL MEMBAWA KAYU BAKAR ITU. SEMUANYA TERJADI LANTARAN KESABARANKU PADANYA. LALU AKU MENIKAH LAGI DENGAN PEREMPUAN YANG SHALIHAH INI. AKU SANGAT GEMBIRA MENDAPATKANNYA. MAKA  HARIMAU  ITUPUN DIJADIKAN JAUH DARIKU, KARENA ITU AKU MEMANGGUL SENDIRI KAYU BAKAR ITU, LANTARAN  KEGEMBIRAANKU TERHADAP  ISTERIKU YANG SHALIHAH INI. (diambil dari kitab uqudu lujain fi bayani huuquzzaujain)

TIDAK MAU JAWAB ADZAN, BEGINI NASIBNYA KELAK

Mengumandangkan adzan adalah salah satu kesunnahan yang dianjurkan sebelum melaksanakan sholat, adzan sendiri merupakan seruan tertentu yang dimaksudkan untuk memberi tahu masuknya waktu shalat fardlu. Adzan adalah salah satu sunnah yang mulia, diriwayatkan bahwa “barang siapa yang mengumadangkan adzan untuk sholat selama tujuh tahun dengan mengharap keridloan Allah, maka Allah SWT akan mencatat orang tersebut terbebas dari neraka”, diriwayatkan lagi bahwa “terdapat tiga golongan yang akan dijaga oleh Allah SWT dari sisksa kubur, yaitu: orang yang Syahid, orang yang meninggal pada Hari jum’at atau malam jum’at, dan orang yang adzan”.


Dan bagi orang yang mendengar seruan adzan disunnahkan untuk menjawab seperti apa yang diucapkan oleh muadzin, misal seorang muadzin mengucapkan “Allahu Akbar”, maka orang yang mendengar disunnahkan juga untuk mengucapkan “Allahu Akbar”. Kecuali saat adzan subuh, maka ketika muadzin mengucapkan “assholatu khoirun minannaum” maka orang yang yang mendengar mengucapkan “shodaqta wabarorta wa ana ‘ala dzalika minasy syahidin” . diriwyatkan dalam Hadist Nabi bahwa “barang siapa yang ketika adzan dikumandangkan tidak menjawab sebagaimana yang diucapkan muadzin, maka kelak dia akan tertahan untuk sujud pada saat semua muadzin bersujud”. Na’udzubillahi min syarri dzalik.  
Lubabul Hadist

BAGINYA DUA SURGA

BAGINYA DUA SURGA

Alkisah, ada seorang pemuda di kota Madinah memiliki akhlak yang luhur, kezuhudan yang tinggi, taat beribadah, dan tidak pernah ketinggalan bersolat jamaah bersama khalifa Umar bin Khattab ra setiap waktu. Berita anak muda ini tersebar keseluruh pelosok kota Madinah, sehingga mendapat pujian dari para sahabat Nabi saw terutama dari khalifah Umar ra.

Anak muda ini tinggal bersama ayahnya yang sudah tua. Ia sangat mencitainya dan taat kepadanya, belum pernah ia meninggalkanya kecuali jika ingin pergi ke masjid untuk bersolat jamaah bersama Amirul Mu’minin Umar bin Khattab ra. Selesai sholat ia segera kembali pulang.

Suatu hari, di saat kembali dari masjid di tengah jalan, ia dipergoki oleh sorang wanita cantik. Wanita itu menggodanya dengan bermacam cara sehigga ia terpersona. Hari berikutnya terjadi hal yang sama, wanita itu menunggunya di depan jalan menuju ke rumahnya. wanita itu menggodanya dan mengajaknya mampir ke rumahnya. Sungguh wanita itu telah bermaksud melakukan perbuatan maksiat dengannya, dan ia pun tergoda syaitan dan bermaksud melakukannya pula dengan wanita itu. Tiba tiba ia melihat tanda tanda kebesaran ayat Allah dalam Al-Qur’an yang berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”, surat al a’raf ayat 201

Karena ketakwaanya yang tinggi kepada Allah, ayat itu membuatnya jatuh pingsan ke tanah. Prempuan tadi ketakutan, langsung memanggil tetangganya. Pemuda yang sedang pingsan akhirnya dibawa ke rumah ayahnya. Ia tidak sadar sampai larut malam. Ayahnya sangat binggung sekali. Sebelum adzan subuh, ia baru sadar dari pingsannya. Begitu sadar, sang ayah bertanya kepadanya sebabnya ia pingsan semalam suntuk. Ia bercerita kepada ayahnya apa yang terjadi di malam tadi sehingga ia teringat dengan ayat Al-Qur’an dan jatuh pingsan. Ayahnya bertanya : “Ayat apa gerangan yang kau baca wahai anakku?”. Ia kemudian membaca lagi ayat yang tersebut diatas “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”. Begitu selesai membacanya ia jatuh ke tanah dan kali ini ia bukan pingsan, melainkan meninggal dunia seketika.

Berita wafatnya pemuda tadi tersiar ke seluruh kota Madinah, hingga terdengar oleh Umar bin Khattab ra. Beliau pun segera pergi ke rumah ayah anak muda tadi untuk mengucapkan ta’ziah (bela sungkawa). Tapi sayang beliau terlambat tidak mendapatkan jenazahnya. Ia sudah dikubur. Umar pun tidak menghilangkan kesempatannya. Ia langsung pergi ke kuburannya. Setelah sholat janazah di kuburan anak muda tadi, beliau berkata di hadapan kuburannya “Wahai Fulan, barang siapa yang takut kepada Allah maka baginya dua surga” surat al Rahman 46. Subahanllah, beberapa saat setelah Umar ra membacakan ayat itu terdengar suara anak muda tadi dari dalam kubur berkata: “Wahai Umar!, Aku telah diberikan Allah kedua duanya di surga dua kali” **

Wallahua’lam bisshowab.

Orang Badui yang Menghisab Allah SWT

Seorang lelaki badui telah memeluk agama islam, namun karena keadaan ekonominya yang terbatas dan tempat tinggalnya yang sangat jauh dari Madinah, ia belum pernah menghadap dan bertemu langsung dengan Nabi SAW. Ia hanya berbai’at memeluk Islam dan belajar tentang peribadatan dari para pemuka kabilahnya yang pernah mendapat pengajaran dari Nabi. Tetapi dengan segala keterbatasannya itu daia mampu menjadi seorang mukmin yang sebenarnya bahkan sangat mencintai Rasulullah SAW.
Suatuketika ia mengikuti rombongan kabilahnya melaksanakan ibadah umroh ke Makkah. Sambil thawaf sendirian, terpisah dari orang-orang lainnya, si badui itu selalau berdzikir berulang-ulang dengan asma Allah “Ya Karim, ya karim....”
Ia memang bukan orang yang cerdas, sehingga tidak mampu menghafal dengan tepat doa atau dzikir yang dibaca ketika thawaf sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi. Karena itu ia hanya membaca berulang-ulang asma Allah yang satu itu. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengikuti berjalan dibelakangnya sambil mengucap juga, “Ya Karim, ya Karim...”
Si badui itu berpindah dan menjauh dari tempat dan orang tersebut sambil sambil terus meneruskan dzikirnya, karena ia menyangka lelaki yang mengikutinya itu hanya memperolok dirinya. Tetapi kemanapun ia berpindah dan menjauh, lelaki tersebut terus saja mengikutinya dan mengucapkan dzikir yang sama. Akhirnya si badui berpaling mengahdap lelaki tersebut dan berkata “wahai orang yang berwajah cerah dan berbadan indah, apakah anda memprolok aku? Demi Allah, kalau tidak karena wajahmu yang cerah dan badanmu yang indah tentu aku sudah mengadukan kamu kepada kekasihmu ....”
Lelaki itu berkata “siapakah kekasihmu itu?”
Si badui berkata “Nabiku, Muhammad Rasulullah SAW!!”
Lelaki itu tampak tersenyum mendengar penuturannya, kemudia berkata “apakah negkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu wahai saudaraku badui?”
“Belum....!” kata badui
Lelaki itu berkata lagi “bagaimana mungkin engkau mencintainya, jika engkau belum mengenalnya? Bagaimana pula dengan keimananmu kepadanya?”
Si badui berkata, “aku beriman atas kenabiannya walau aku belum pernah melihatnya, aku membenarkan kerasulannya walau aku belum pernah bertemu dengannya....!!
Lagi-lagi lelaki itu tersenyum dan berkata, “wahai saudaraku badui, aku inilah Nabimu di dunia, dan pemberi syafa’at kepadamu di akhirat...”
Memang, lelaki yang mengikuti si badui itu tidak lain adalah Rasulullah SAW, yang juga sedang beribadah umrah. Sengaja beliau mengikuti perilaku badui tersebut karena beliau melihatnya begitu polos dan unik, menyendiri dari orang-orang lainnya, tetapi tampak jelas begitu khusu’ menghadap Allah dengan Thawafnya.
Sibadui tersebut memandang Nabi SAW seakan tak percaya, matanya berkaca-kaca. Ia mendekat kepada beliau sambil merendah dan akan mencium tangan beliau. Tetapi Nabi memegang pundaknya dan berkata “wahai saudaraku, jangan memperlakukan aku sebagaimana orang-orang asing memperlakukan raja-rajanya, karena sesungguhnya Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang. Dia mengutusku dengan kebenaran, sebagai pemberi kabar gembeira”
Si badui masih berdiri termangu, tetapi jelas kegembiraan di matanya karena bertemu dengan Nabi SAW. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi dan menyampaikan salam penghormatan dari Allah kepada beliau, dan Allah memerintahkan beliau menyampaikan beberapa kalimat kepada orang badui tersebut, yakni: “Hai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah (yakni makna dari asma Allah Al Karim) bisa memperdayakan, dan Allah akan menghisab-nya dalam segala hal, yang sedikit atau yang banyak, yang besar atau yang kecil..”
Nabi SAW menyampaikan kalimat dari Allah tersebut kepada badui, si badui berkata “apakah Allah akan menghisabku ya Rasulullah?”
“benar, Dia akan menghisabmu jika Dia menghendaki...” Kata Nabi SAW
Tiba-tiba si Badui mengucapka sesuatu yang tidak disangka-sangka, “demi kebesaran-Nya dan keagungan-Nya, jika Dia menghisabku, aku juga akan menghisab-Nya!!”
Sekali lagi Nabi tersenyum mendengan pernyataan si Badui, dan bersabda “dalam hal apa engkau akan menghisab Tuhanmu wahai saudaraku Badui?”
Si Badui berkata, “jika Tuhanku menghisabku atas dosaku, aku akan menghisab-Nya dengan maghfirohnya, jika Dia menghisabku atas kemaksiatanku, aku akan menghisab-Nya dengan pemaafan-Nya, dan jika Dia menghisabku dengan kekikiranku, aku akan menghisab-Nya dengan kedermawanannya..”

Nabi Muhammad terharu dengan jawaban si Badui itu sampai beliau menangis  meneteskan air mata yang membasahi jenggot beliau. Jawaban sederhana, tetapi mencerminkan betapa dekatnya si Badui dengan Tuhannya, betapa tinggi tingkat ma’rifatnya kepada Allah, padahal dia belum pernah mendapat didikan langsung dari Nabi. Sekali lagi malaikat Jibril turun kepada Nabi dan berkata “wahai Muhammad, Tuhanmu As Salam mengirim salam kepadamu dan berfirman : Kurangilah tangismu, karena hal itu melalaikan malaikat-malaikat pemikul arsy dalam tasbihnya. Katakan kepada saudaramu, si Badui, ia tidak usah menghisab Kami dan Kami tidak akan menghisab dirinya, karena ia adalah (salah satu) pendampingmu kelak di surga....!!”

Bekerja kepada Tuhan


Bekerja kepada Tuhan
Hikmah kitab Usfuriah

Pernah terjadi kisah dua majusi pada zaman Malik bin Dinar. Kedua orang tersebut adalah bersaudara, masing-masing berusia 73 tahun dan 35 tahun.
Pada suatu hari sang kakak memanggil adiknya, “kemarilah”.
“adakah api ini akan membakar kita, sebagaimana ia membakar orang yang tidak menyembahnya?, mari kita coba. Jika tidak membakar kita, maka kita sembah.namun sebaliknya apabila ia membakar kita apalah artinya ia kita sembah selama ini”. Ucap sang kakak kepada adiknya.
“baiklah, saya dulu atau kau?” jawab yang muda
“pasanglah tanganmu dulu” kata yang tua.
Maka tangan yang pemuda itu dipasangkan dalam panggangan api dan terbakar, ia pun menjerit “aduh!” dan kemudian mencabut tangannya seketika. “engkau sudah ku sembah selama 35 tahun, tapi masih menyakitiku juga!”
Lalu ia melihat saudara tuanya. “marilah kita cari sesembahan murni, Tuhan Yang Maha Esa, yang jika kita berdosa kepada-Nya selam lima ratus tahun, bisa terhapus hanya dengan taat satu jam dan minta ampun sekali saja.
Yang tua mengikuti ajakan adiknya: “baiklah. Mari kita orang yang bisa menunjukkan kita jalan yang benar. yang mengajarkan kita penyerahan diri”.
Maka bertemulah keduanya dengan Malik bin Dinar. Mereka berangkat ke Bashrah menemui Malik yang sedang memberi wejangan kepada banyak orang.
Ketika dua bersaudara itu melihatnya, yang tua bilang “aku tidak mau masuk islam, rasanya sudah terlambat. Umurku sudah habis untuk menyembah api. Jika aku menjadi islam, menjadi pengikut Muhammad, aku akan dicemooh kerabat dan handai taulan. Biarlah... neraka lebih kusukai daripada cemooh mereka.”
“jangan begitu”, kata yang muda. “cemooh bisa hilang, tapi api neraka tidak”.
Tetapi kakanya yang tua itu sudah mengeras hatinya. Maka ia pun berkata “engkau tetaplah kepada pilihanmu sedang aku biarlah pada pilihanku pula”. “engkau sungguh celaka dan anak celaka, wahai gelandangan dunia akhirat!!” kakanya pun tidak masuk islam.
Berbeda dengan yang muda, ia mengajak anaknya yang masih kecil-kecil dan istrinya menghadiri majlis Malik bin Dinar sampai selesai. Laki-laki itu lalu berdiri kemudian mengisahkan kisahnya bagaimana Islam telah diterimanya dan kerabatnya semuanya. Mendengar uraian laki0laki tersebut, semua yang hadir dalam majlis itu menangis gembira. Ketika hendak pulang lelaki tersebut dicegah oleh Malik. “tunggu hingga rekan-rekanku disini mengumpulkan harta untukmu.”
“aku tidak ingin menjual agama dengan dunia”. jawabnya tegas.
Ia pun pergi dan menghuni sebuah reruntuhan yang puing-puingnya masih berserakan. Disini ia tinggal bersama anak dan istrinya.
Ketika fajar menyingsing, setelah selesai menunaikan shalat subuh sang istri bilang: “pergilah ke pasar mencari kerja, dan belikanlah makanan untuk kita”
Tapi ternyata pasar tidak seperti yang diduga, tak seorang pun yang memberinya pekerjaan pada hari itu.
“kalau begini, biarlah aku bekerja untuk Allah saja” gumamnya. Yang kemudian diikuti langkahnya memasuki sebuah masjid. Disitu ia menunaikan ibadah hingga malam hari lalu pulang.
Melihat suaminya tidak membawa hasil, istrinya berkata: “bagaimana ini, kita kan butuh makan”.
“sabarlah, aku sedang bekerja untuk Raja, dia belum memberiku hari ini. Mungkin besok”
Keesokan harinya ia kenbali ke pasar mencari kerja, namun seperti hari sebelumnya, tidak seorang pun yang memberinya pekerjaan. Kemudian ia pun menuju masjid dan beribadah hingga malam lalu pulang.
“belum juga mendapatkan sesuatu untuk makan?” tanya sang istri.
“sabarlah, aku masih bekerja untuk Raja yang kemarin. Aku kira hari jum’at esok ia akan memberikan upahnya”. Jawab suaminya. Keluargatersebut pun kembali menahan lapar hingga esok hari.
Keesokan hari bertepatan dengan hari jum’at. Ia kembali ke pasar mencari kerja,tetapi yang ditemuinya seperti halnya kemarin. Tak seorang pun yang mempergunakannya untuk bekerja. Ia kembali menuju masjid, shalat dua raka’at lalu mengangkat tangannya dan berdo’a”
“Tuhanku!, engkau telah memuliakan diriku degan Islam, telah memberiku mahkota Islam, memberiku petunjuk dengan mahkota petunjuk. Maka dengan kemuliaan agama-Mu yang telah Kau berikan kepadaku, dan demi kemuliaan hari jum’at yang diberkati, sebagai hari yang telah Kau kehendaki menjadi hari yang agung. Hilangkanlah perasaan gundah mencari nafkah untuk kelurgaku dari hatiku, dan berikanlah aku rizki tanpa terbilang. Sunggu, Ya Allah, demi Allah. Malu sekali aku rasanya dengan keluargaku. Aku takut jika mereka lalu berubah citranya terhadap Islam yang baru kupeluk”.
Laki-laki tersebut bersembahyang lagi. Pada waktu ibadah jum’at saat suami tersebut menunaikan sembahyang sedangkan anak istrinya dalam kelaparan, muncul seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Kemudian dibuka oleh istrinya, ternyata yang datang adalah seorrang laki-laki yang tampan dan ditangannya kantung emas yang dibungkus sapu tangan bersulam emas.
“ambillah kantung ini, katakanlah kepada suamimu. Ini upah untuk kerjanya selama dua hari. Pergiat kerjanya biar kutambah nanti upahnya. Terutama hari jum’at ini, yang setiap amal kecil sekalipun dinilai sangat besar oleh Allah Yang Maha Raja Diraja”.
Kantung itu diraih. Ternyata terdapat 1000 keping dinar emas, serta merta diambil satu dinar, dibawanya menuju tempat penukaran uang. Tukang tukar seorang nasrani, lalu menimbang dinar itu. Alangkah terkejutnya ia ketika dalam timbangannya ternyata dinar tersebut tidak sama dengan dinar yang lain.
Ia memiliki berat dua kali lipat. Ketika dilihatnya dari bentuk ukirannya, tukang tukar uang itu mengerti jika ini hasil ukiran akhirat.
“dari mana kau dapatkan uang ini”, tanya tukang tukar. Maka berceritalah wwanita tersebut yang kemudian membuat si Nasrani itu masuk islam dan membrinya 1000 dirham. “pergunakan saja uang ini. Jika habis katakan saja padaku. Aku akan memberimu lagi”. Katanya,.
Sadang si suami, yang getol di masjid dalam sembahyang kembali pulang dengan tangan hampa. Untuk melipur dukanya, dibukanya sapu tangan dan diisinya dengan pasir. “jika nanti istriku bertanya, akan aku jawab isinya tepung”. Katanya dalam hati.
Ketika ia memasuki rumahnya terrcium bau harum makanan dari dalam. Bungkusan pasir tersebut ia taruh di luar pintu.
“apa yang telah terjadi?” tanya suaminya. Maka istrinya pun menceritakan kejadian yang telah ia alami. Mendengar kisah istrinya laki-laki tersebut bersyukur sambil berkali-kali bersujud kepada Allah.
Kemudian istrinya bertanya “apa yang kau bawa?”
“jangan bertanya” jawab suaminya malu. Sungguh ajaib. Bungkusan sapu tangan yang tadinya pasir tiba-tiba berubah menjadi tepung sungguhan. Kembali laki-laki tersebut bersujud kepadda Allah dan tidak pernah lepas dari ibadahnya hingga akhir hayatnya. 

Keturunan Budak



Zaid bin Ali bin Abi Thalib Ra dihadapkan kepada khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Hisyam bertanya, “saya dengar kamu berhasrat merebut khilafah padahal kamu tidak patut mandapatkannya karena ibumu adalah seorang budak.”

Zaid bin Ali menjaawab, “ucapan anda yang mengatakan bahwa hatiku bernafsu merebut khilafah hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang ghaib, bukan anda. Adapun ucapan anda bahwa ibuku seorang budak, maka ketahuilah, bahwa Ismail As adalah putera dari ibu yang juga seorang budak. Dari tulang rusuknya Allah menciptakan manusia paling mulia yakni Muhammad Saw. Adapun Ishaq dari ibu wanita merdeka dan dari tulang sulbinya Allah menciptakan Yaqub dan dari Yaqub lahir bani Israil nyang sebagian dijadikan (dirubah) kera dan babi.”

UTUSAN MAUT





Seseorang didatangi malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Orang tersebut lalu bertanya. “apakah kedatanganmu ini sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut nyawaku?”
Izarail menjawab, “kunjungan biasa.”
Orang itu berkata lagi, “ Demi persahabatan kita. Jika telah dekat ajalku nanti kirimkanlah utusan untuk memberi tahu aku.”
Izrail menyetujui permintaan tersebut.
Pada suatu  hari Izrail datang untuk mencabut nyawa sahabatnya. Orang itu berkata, “bukankah belum pernah ada utusanmu yang atang kepadaku untuk memberitahukan perkaraku ini?”
Izrail menjawab, “Sudah... sudah pernah datang, bahkan beberapa kali. Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus?, rambutmu memutih yang sebelumnya hitam. Suaramu bergemetar sesudah dahulunya lantang. Bahkan akhir-akhir ini kamu lemah sesudah ahulunya kamu kuat perkasa. Penglihatanmu kabur sesudah ahulunya terang. Kamu dahulu penuh harapan, tetapi akhir-akhir ini sering putus asa. Aku telah mengirim sekian banyak utusan padamu padahal kamu hanya memeinta satu utusan. Oleh karena itu janganlah akmu menyalahkan aku.