ATAS NAMA CINTA


اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي
Jamaah yang dicintai Allah

Marilah kita bersama-sama menengadahkan tangan mengharapkan limpahan rahmat dan cinta-Nya, agar kita semua senantiasa diberikan kekuatan untuk bertaqwa kepada-Nya. shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda tercinta Rasulullah saw yang telah memberikan kepada umatnya piwulangan dalam menghadapi kehidupan.

Ma’asyiral muslimin, Jama’ah Jum’ah yang berbahagia

Pada kesempatan ini khatib dengan rendah hati ingin menyampaikan satu hal yang telah mafhum adanya mengenai ‘cinta’, sehingga kemafhuman itu seringkali mengabaikan nilai subtansial yang terkandung di dalamnya. Alam al-qur’an kalimat Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Sebagai ayat pertama dari Q.S. Al Fatihah ini sangat akrab dengan keseharian umat Muhammad S.A.W. Ia merupakan pembuka dari segala pembuka pintu rahmat Allah yang, menurut Hadits Qudsi, memang telah menetapkan Kasih SayangNya melebihi segala hal, termasuk KemurkaanNya sendiri.

Kalimat "dengan menyebut nama Allah" sesungguhnya bukanlah sekadar ucapan tanpa makna, melainkan peneguhan bahwa siapa pun yang mengucapkannya sedang bertindak atas nama Allah. Ia sedang menetapkan dirinya sebagai representasi Tuhan di permukaan bumi. Ia, yang membaca "bismillaahir-rahmaanir-rahiim" menjadi bukan sembarang orang. Ia menjelma wakil Allah. Menjadi lambang CintaNya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang berbahagia

Jika setiap saat seseorang membaca basmalah, maka seketika itu pula ia memakai jubah keagungan Rahmaan Rahiim Allah. Ia mengibarkan panji-panji Cinta dan Kasih SayangNya. Ia mewujud simbol Kehadiran Tuhan untuk menyentuh hati yang sedih dan khawatir dan merawat mereka yang sepi dan merasa ditinggalkan. Pelayanan dan pertolongan pada sesama menjadi pelaksanaan dari kata-katanya bahwa ia menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Ia yang menyebut nama Allah sekaligus menempatkan dirinya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Ia adalah salah satu di antara empat golongan yang tidak merugi, menurut Q.S. Al Ashr, yaitu orang beriman, berbuat baik, saling menasihati tentang hanya Allah Yang Maha Benar, dan saling menasihati tentang bagaimana bersabar dengan keadaan masing-masing. Kearifan para guru pun mengajarkan bahwa Kasih Sayang tak cuma dengan menimang, tapi juga menuntun dan melepaskan

Cinta Allah adalah Kasih Sayang yang hakiki. Allah memberi tanpa menunggu hambanya meminta. Allah menjaga tiada jeda tiada lena. Dalam ayat Kursi di Q.S. Al Baqarah ayat 255, Allah menegaskan bahwa Dia bahkan tidak tidur tidak pula mengantuk. Dia menerbitkan matahari meski tak ada yang memohonnya. Dia mengalirkan nafas dan mengeluarkan keringat dari pori-pori tanpa manusia sadar untuk mensyukurinya setiap saat.

لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Bagi yang menyebut nama Allah terus-menerus dan tiada berhenti, yang apabila disebut nama Allah maka bergetar hatinya, sebagaimana dimaktubkan dalam Q.S Al Anfal ayat 2,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Maka keimanan yang mengakar di hatinya tumbuh dan berkembang menjadi pohon kebaikan yang meneduhkan dan bermanfaat bagi siapa pun. Ia, yang bertindak atas nama Allah, tidak membawa dan menyampaikan apa pun selain Kasih SayangNya, apa pun itu.

Oleh karena itu para hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Barang siapa yang senantiasa menyebut nama Allah sesungguhnya ia mencintai Allah dan Allah mencintainya. Allah menjadi penglihatan baginya melihat, mewujud pendengaran baginya mendengar, merupa peneguh baginya berpegang, dan menjelma pijakan baginya melangkah. Ia yang selalu mendekat kepada Allah menyediakan dirinya untuk menjadi cermin dari sifat dan perilaku Tuhan. Ia tak lagi memelihara kebencian.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, siapa pun yang bergerak, atau tidak bergerak, atas nama Allah, maka sesungguhnya Allah bersamanya. "La tahzan, inna 'l-laaha ma'ana”. Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita, firman Allah, dalam Q.S. At Taubah ayat 40. Siapa pun yang berada di wilayah ketuhanan Allah Yang Maha Mengasihi dan Menyayangi, ia aman dari segala jangkauan keburukan karena Allah sendiri yang melindunginya.

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah

jika diumpamakan maka cinta itu bagaikan matahari. Meski tetap di tempatnya yang sangat jauh dari bumi; cahaya, sinar, dan panas matahari menembus pori-pori manusia. Cinta juga ibarat angin; terasa kehadirannya meski tak tampak. Dengan menyebut nama Allah, semoga kita adalah orang-orang yang sabar menghadapi kebencian dan permusuhan dengan cinta dan kasih sayang.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersabar,"

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ



Ada Amal, Ada Balasannya


ألحَمْدُ لِلّهِ. ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Umat Islam tentu mengetahui, mengakui dan menyadari dengan sepenuhnya, bahwa dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tidak ada menjadi ada; dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan berdaya upaya; dari lemah menjadi dapat berbuat sesuatu; dari menangis menjadi kuat dan perkasa serta menguasai alam ini. Itu semua bertujuan agar manusia selalu mengabdi kepada-Nya. Kita diciptakan bukan supaya bermusuh-musuhan, bukan untuk saling membunuh, bukan untuk berfoya-foya, bukan untuk bersanang-senang yang dapat melupakan Sang Pencipta Allah Rabbul ‘Alamin, juga bukan untuk berbuat kerusakan. KIta diciptakan semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya.
Pengabdian hamba yang baik dan ihlas pasti tidak akan sia-sia. Karena disamping hal itu merupakan bukti kepatuhan dan ketaatan kepada penciptanya, kita juga akan diberi imbalan, balasan yang berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang tidak bisa hidup sendiri, tapi membutuhkan orang lain. Manusia yang menginginkan keturunan pun membutuhkan manusia yang lain.
Manusia yang baru dilahirkan dari rahim ibunya tidak berdaya dan tidak dapat berbuat sesusatu, kecuali bergerak dan menangis. Nah, pada saat-saat demikian inilah ia membutuhkan pertolongan orang lain, seperti: bidan, dan lain-lain.
Manusia yang meninggal dunia tidak bisa memandikan diri sendiri, membungkus dirinya dengan kain kafan, bersembahyang dan mengubur dirinya sendiri, akan tetapi harus dimandikan dibungkus dan dikafan, disembahyangkan dan dikubur oleh orang lain
Bahkan untuk makan sesuap nasi pun manusia membutuhkan kerja sama dengan berbagai orang. Mereka akan menerima pahala dan siksa dari Allah besok di akhirat, menurut baik dan buruk yang dikerjakannya.
Oleh karena itu, manusia yang akan mengerjakan sesuatu pekerjaan, pasti akan berfikir terlebih dahulu, apakah yang akan dikerjakan itu termasuk kebaikan ataukah keburukan, ketaatan atau kemaksiatan dan kedurhakaan? Apabila yang dikerjakan itu ternyata kebaikan dan ketaatan, pasti ia mendapat pahala. Tapi apabila ternyata keburukan, kemaksiatan dan kedurhakaan, pasti akan mendapat siksa dari Allah SWT.
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Jadi manusia akan mendapat pahala karena amal baiknya, dan mendapat dosa dan siksa karena amal jeleknya. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat az-Zalzalah ayat 7-8:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia melihat (balasan)nya . Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (pula).”
Yang tersebut tadi adalah pahala dan dosa akibat perbuatan sendiri, bukan karena orang lain.
Dalam Islam memang tidak ada dosa warisan. Sehingga anak tidak akan menerima bagian sedikit pun dari dosa dosa orang tuanya. Nabi adam AS dan ibunda Hawa pernah melanggar larangan Allah SWT, sedikit pun kita umat manusia sebagai keturunannya tidak diberi dosa warisan dari beliau.
Siapa yang berbuat kebaikan, akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan siapa yang berbuat kejahatan, akan mendapat siksa dari-Nya.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 286 :
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan ) yang dikerjakannya.”
Islam menegaskan, bahwa setiap bayi yang keluar dari rahim ibunya itu suci, tidak berdosa sampai ia dewasa. Dan apabila ia telah menjadi orang yang dewasa, maka barulah amal perbuatannya itu dicatat sebagaimana lainnya, yang baik diberi pahala dan yang jahat diberi dosa.
Hadis Nabi Muhammad SAW Yang diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnad Tabrani dan Baihaqi menerangkan sebagai berikut :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أوْ يُمَجِّسَانِهِ
Tiap-tiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci bersih sehingga menjadi fasih lisannya, lalu ayah ibunya menjadikan orang beragama Yahudi, Kristen atau Majusi.”
Dan hadis lain yang diriwyatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud dan al-Hakim menerangkan sebagai berikut:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَلَي ثَلَاثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ الْمَغْلُوْبِ عَلَي عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظُ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ
Pena (malaikat) itu diangkat (maksudnya: perbuatan manusia tidak ditulis, tidak dicatat) dari tiga macam orang : 1. Orang gila hingga ia sembuh gilanya. 2. Orang yang tidur hingga ia terjaga (bangun dari tidurnya), dan 3. Anak kecil hingga ia menjadi baligh (dewasa)."
Dalam surat an-Najm ayat 38-41diterangkan sebagai berikut :
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى. وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى. وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى. ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاء الْأَوْفَى
Bahwasannya seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang diusahakannya.Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diberi balasan yang paling sempurna.”
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Dengan demikian, kita dituntut untuk berbuat kkebajikan sebanyak-banyaknya. Karena kita sendirilah yang akan menerima balasan pahala darinya disamping kebehagiaan duniawi.
Kita juga dituntut menjauhi kejahatan, kedurhakaan dan kemaksiatan agar menjadi orang yang selamat di dunia dan akhirat.
Apabila kita perhatikan firman-firman allah SWT dan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW tadi, kita akan dapat memetik kesimpulan sebagai berikut:
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tidak mempunyai dosa, baik akibat perbuatannya sendiri maupun akibat perbuatan orang tua atau leluhurnya.
2. Semua pahal atau siksa yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah balasan yang setimpal dari perbuatannya sendiri, baik secara langsung maupun tidak.

مَنْ سَنَّ فِيْ الْاِسْلاِمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصِ مِنْ أوْزَارِهِمْ شَيْئٌ
Barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala dan pahala orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala mereka, dan barangsiapa yang memberikan contoh jelek dalam Islam maka atasnya dosanya dan dosa orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa dosa mereka."
Sehubungan dengan hadis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surat Yasin Ayat 12 sebagai berikut :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya kami menghidupkan orang orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (lauh-mahfudz)."
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
1. Kita hendaknya memperbanyak amal shalih demi keselamatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat.
2. Kita hendaknya menghindar dari berbuat maksiat agar selamat dari siksa Allah SWT
3. Kita dituntut memberikan contoh-contoh yang baik menurut pandangan Islam, agar mendapatkan pahala perbuatan itu dan pahala orang-orang yang meniru serta mengikutinya sampai hari kiamat
4. Kita dilarang berbuat maksiat atau memberikan contoh-contoh yang jelek menurut pandangan Islam, agar tidak mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang orang yang mengikuti jejaknya sampai hari kiamat.

اِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلّامِ. وَاللهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ. وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. أعُوْذُ باللهِ مِنَ الشّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اِنّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَحْمَانٌ رَحِيْمٌ


7 UPAYA MENJAGA KESUCIAN DIRI DI HARI FITRI


الحمد لله الذى عاد علينا نعمه فى كل نفس ولمحات وأسبغ علينا ظاهرة وباطنة فى الجلوات والخلوات. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى امتن علينا لنشكره بأنواع الذكر والطاعات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الأنبياء والمرسلين وسائر البريات. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الفضل والكمالات. اما بعد فيا أيها الناس اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون   
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah di bulan syawal ini kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan menjaga kesucian jiwa sebagai seorang hamba yang baru dilahirkan di hari yang suci idul fitrri. Tentunya setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Marilah kertas yang masih putih bersih ini kita jaga dari coretan dan noda. Sebisa mungkin kita jauhkan diri kita dari perbuatan yang dianggap tabu oleh syariat agama. Semoga Allah swt mempermudah usaha kita dalam menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Amien.
Jama’ah yang berbahagia
Tak terasa telah berlalu bulan Ramadhan yang paling mulia. Bahkan hiruk pikuk lebaran tinggal sisa-sisa saja. Baju baru telah dipakai berkali-kali, hingga hilang sifat ke-baruannya. Kue lebaran tertinggal tipis di dalam tempatnya. Halal bi halal dan saling memaafkan telah dilaksanakan, mengurangi dosa haqqul adami di dunia. Alhamdulillah atas nikamtnya, kita masih menjumpai lebaran tahun ini. Semoga juga dapat bersua dengan lebaran tahun depan.
Lantas apakah ini berarti misi telah usai dan tugas telah beres? Dan kita menunggu Ramadhan tahun depan lagi? tidak. Misi belum tuntas. Berhamba kepada Allah swt tidak mengenal batas waktu dan usia. Banyak pekerjaan yang harus kita lakukan setelah Ramadhan sebagaimana banyaknya bujukan syaitan kepada manusia. Jika Ramadhan telah berhasil membuat diri kita kembali fitri dan suci, maka pekerjaan utama di bulan syawal ini adalah menjaga kesucian diri dengan menghindari berbagai larangan syariat dan menjalankan perintah agama.
Jika puasa telah menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa, orang yang senantiasa menghindari larangan-larangan-Nya, maka setelah bulan puasa ini kita harus meningkatkan diri dengan cara menjaga ketaqwaan itu dan menambahkan rasa takut (kahuf) kita kepada Allah swt. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Ali Imran

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Ayat di atas menerangkan bawasannya takut kepada Allah merupakan syarat utama menjadi seorang mukmin sejati, tidak ada tawaran didalamnya. Seorang mukmin sejati, yaitu orang yang takut kepada Allah swt di dunia maka ia akan mendapatkan jamianan keamanan oleh Allah di hari akhirat. Begitu pula sebaliknya orang yang merasa aman (tidak takut kepada Allah) di dunia maka allah akan menakutinya di akhirat nanti. Begitu bunyi sebuah hadits qudsi.
وعزتي لا أجمع على عبدي خوفين ولا أجمع له أمنين ، إذا أمنني في الدنيا أخفته يوم القيامة ، وإذا خافني في الدنيا أمنته يوم القيامة
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dengan demikian jelas sudah bahwa tugas kita selanjutnya adalah menjaga ketaqwaan yang telah kita pelajari selama Ramadhan dan meningkatkannya menjadi rasa takut (khauf) kepada Allah swt. lalu bagaimanakah langkah menuju khauf itu, apa tehnik praktisnya?
Abu Laits berkata bahwa untuk melatih diri menjalani perasaan khauf kepada Allah ada tujuh hal yang harus ditekuni. Pertama adalah lisan. Artinya lisan harus senantiasa takut kepada Allah swt dengan menjaganya agar tidak terperososk ke dalam kebohongan, pergunjingan, dan banyak bicara. Sibukkanlah lisan kita dengan berdzikir kepada Allah swt. Kedua adalah hati. Artinya hati haruslah takut kepada Allah dengan cara membersihkan berbagai penyakitnya seperti permusushan, kejahatan dan hasud. Karena seseungguhnya hasud (dengki) adalah penyakit paling berbahaya dalam hati. hasud dapat menghilangkan pahala kita sebagaimana api menghabiskan kayu bakar. Ketiga adalah mata. Artinya Mata harus merasa takut kepada Allah swt dengan cara menghindarkannya dari melihat berbagai makanan dan minuman yang diharamkan. Serta menghindarkannya dari kesenangan melihat kemewahan dunia, kalaupun melihat dunia, itu dilakukan dengan penuh tafakkur. Keempat adalah perut. Perut harus merasa takut kepada Allah dengan cara menghindari berbagai makanan yang haram walaupun hanya satu suapan. Karena ketika perut mengandung sesuap makanan haram, maka semua malaikat di langit dan bumi akan melaknatnya, dan ketika mati maka neraka jahannamlah tempatnya.
إذَا وَقَعَتِ اللُقْمَةُ مِن حَرامٍ في جَوفِ العَبْدِ لَعَنَهُ كُلُّ مَلَكٍ في السَّماوَاتِ وَالأرْضِ، وَما دَامَتِ اللُّقْمَةُ في جَوفِهِ لا يَنْظُرُ اللهُ إليَهِ، وَمَنْ أَكَلَ لقْمَةً مِن الحَرامِ فقَدْ باءَ بِغَضَبٍ منَ اللهِ فإنْ تابَ تابَ اللهُ عَلَيهِ وإنْ ماتَ فالنّار أوْلى بهِ.
Yang Kelima adalah tangan. Tangan harus merasa takut kepada Allah, jangan pergunakan tangan untuk bermaksiat kepada-Nya tapi manfaatkanlah tangan itu untuk taat kepada-Nya.
Keenam adalah telapak kaki. Gunakanlah telapak kaki ini untuk berjalan menuju kepada ridho-Nya dan jangan sekali-kali digunakan menuju kedurhakaan. Dan terakhir adalah taha’t kepada Allah dengan hati yang tulus ikhlas.
Dengan demikian Abu Laits telah memberikan satu petunjuk praktis mempelajari khauf. Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah dalam pendakian menuju puncaknya. Ya Allah kami hambamu ini bukanlah orang yang dapat dengan mudah merasa takut kepada mu, tapi apa susahnya bagi-Mu mempermudah perasaan itu hadir dalam diri kami…amien
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Download lalaran Nadzom Imriti Mp3

Santri mana yang tidak kenal dengan nadhom imrithi?, ya Kitab Imrithi adalah kitab legendaris karangan Syekh Syarofuddin Yahya Al-Imrithi, kitab ini sangat ringkas & terdiri dari 254 nadhom, didalamnya menerangkan tentang ilmu nahwu yg sangat penting untuk setiap pelajar yang mendalami bahasa arab. Di kalangan pesantren nadhom tersebut sangat dianjurkan untuk dihafalkan sebagai bekal dalam membaca & memahami kitab-kitab lain yg berbahasa arab, terlebih untuk mendalami isi kandungan makna Al-Qur'an & Al-Hadits, yg mana kalam arab tidak bisa difaham kecuali dengan lantaran ilmu tata bahasa, yakni Ilmu Nahwu & Shorof. 
Pada kesempatan kali ini, kami ingin share terjemah dan mp3 lalaran nadhom imrithi, langsung saja menuju link download dibawah ini

Terjemah         DOWNLOAD 1
                        DOWNLOAD 2

Mp3                 01. al iftitah - al i'rob
                        02. alamatil i'rob -alamatil khafdzi
                        04. Al Af'al - Na'ibilFail
                        05. mubtada' wal khabar- babun na'ti
                        06. babuf athaf - babulbadal
                        07. manshubatil asma' -babut tamyiz
                        08. al istina' - amala inna
                        09. nida' – idhofah

Jangan lupa share ke teman-teman yang lain ya.. terimakasih

Mengusap Wajah Setelah Sholat Bid’ah atau Sunnah???


Muslim Jawa sangatlah beragam. Karena keberagaman tersebut banyaklah adat-adat yang membingungkan. Seperti ada sebagian mereka yang ketika membaca salam dalam sholat mereka bukan sekedar menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi mereka juga membuka telapak tangan kanan kemudian membaca أسألك فوزا بالجنة  pada salam yang pertama dan mebuka telapak tangan kiri dan membaca أسألك نجاة من النار pada salam yang kedua, dan setelah mereka salam ada yang langsung mengusapkan telapak tangan ke wajah (tidak membaca doa dulu).
PERTANYAAN :
a.    Adakah anjuran khusus untuk mengusapkan telapak tangan ke wajah setelah sholat?
JAWABAN :
Tidak ada anjuran khusus mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah, yang ada adalah anjuran mengusap ke wajah dengan telapak tangan kanan.
 (قرة العين بفتاوى اسماعيل ص21)
سؤال:ما قولكم فى مسح الوجه والرأس بعد تسليمتي الصلاة فهل له اصل فى السنة او لا ؟
الجواب ... والله الموفق للصواب ان ذلك له اصل فى السنة بل هو سنة وقد ذكر الامام النووى فى كتابه الاذكار فى باب الاذكار بعد الصلاة قال رحمه الله تعالى وروينا فى كتاب ابن السنى عن انس رضى الله عنه قال كان رسول الله صلى الله  عليه وسلم اذا قضى صلاته مسح جبهته بيده اليمنى ثم قال اشهد ان لا اله الا الله الرحمن الرحيم اللهم اذهب عنى الهم والحزن.
بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي – ص:49)
[فائدة]: روى ابن منصور: أنه كان إذا قضى صلاته مسح جبهته بكفه اليمنى ثم أمرَّها على وجهه حتى يأتي بها على لحيته الشريفة وقال: "بسم الله الذي لا إله إلا هو عالم الغيب والشهادة الرحمن الرحيم، اللهم أذهب عني الهم والحزن والغم، اللهم بحمدك انصرفت، وبذنبي اعترفت، أعوذ بك من شرِّ ما اقترفت، وأعوذ بك من جهد بلاء الدنيا وعذاب الآخرة".