Dahsyatnya Alam Akhirat


KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , أَمَّابَعْدُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : “وَأَمَّا مَنْ أُوْتِىُ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَالَيْتَنِيْ لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ” فَيَاأَيُّهَا النَّاسْ إِتَّقُ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Hendaknya Tiang  muslim kedah syukur dateng Allah atas nikmatipun, Lajeng kawulo wasiat dating pribadi kiambak soho maasyirol muslimin untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah swt dalam segala keadaan dan waktu. Takwa, setunggal kalimat imgkamg ringan kaucapaken ananging ewet ngamalaken
Maasyirol muslimin Rokhimakullah
satunggal dinten ,naliko Umar bin Khaththab ra tanglet dateng sahabat Ubay bin Ka’ab ra tentang taqwa, lajeng Ubay bin Ka’ab jawab: “Nopotoh jenengan nate lumampah wonten satungggaling panggenan ingkang katah erine?” Sahabat umar jawab: “Tentu” nuli sahabat Ubay ra jawab: “Nopo ingkang jenengan laksanaaken?” berkatalah Umar ra: “Aku tansah ati ati supoyo selamet songko eri tersebut”.Lajeng  Ubay ra matur: “Mekaten ingkang namine taqwa”.
Dialog ingkang kasebat gambaraken taqwa ingkang dipun perintahaken Allah wonten kitab-Nya Alqur’an yakni supados  senantiasa waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan keseharian,
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Hendaklah kita bersegera mencari bekal guna menuju pertemuan kita dengan Allah karena kita tidak tahu kapan ajal kita itu datang. Dan allah swt berfirman:
“Dan berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku, Hai orang-orang yang berakal” (QS Al-Baqarah : 197)
Ketahuilah wahai saudaraku, Manusia setapak demi setapak menjalani kehidupannya dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahapan-tahapan tersebut harus dijalani sampai akhirnya nanti kita akan menemui alam akhirat tempat kita memperhitungkan amalan-amalan yang telah kita lakukan didunia. Maka tatkala kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang memberitakan tentang keadaan hari akhirat, hendaklah hati kita menjadi takut, menagislah mata kita, dan menjadi dekatlah hati kita kepada Allah swt.
Akan tetapi, bagi orang-orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah swt tatkala disebut kata Neraka, Adzab, Ash-Shirat dan lain sebagainya seakan terasa ringan diucapkan oleh lisan-lisan mereka tanpa makna sama sekali. Na’udzubillahi min dzalik. Mari kita perhatikan firman Allah swt dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29:
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, Maka Dia berkata: “Wahai Alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian Itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku.”
Dalam ayat ini, Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya Juz IV hal 501, menerangkan bahwa ayat tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu manakala diberi catatan amalnya di padang pengadilan Allah swt dari arah tangan kirinya, ketika itulah dia benar-benar menyesal. Dia mengatakan dengan penuh penyesalan: “Andaikana saya tidak usah diberi catatan amalan ini dan tidak usah tahu apakah hisab terhadap saya (tentu itu lebih baik bagi saya) dan andai kata saya mati terus dan tidak usah hidup kembali.
Coba perhatikan ayat selanjutnya:
“Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS Al-Haaqah : 30-32)
Bagi kaum beriman, yang mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi bergetarlah hatinya, akan  menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan keluarlah dari keringat dingin dari tubuh mereka. Seakan saat itu mereka sedang merasakan peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlan rasa takut yang amat mendalam kepada Allah swt agar tidak menjadi orang-orang yang celaka seperti ayat diatas.
Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah,
Sesungguhnya manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan akan dikumpulkan menjadi satu untuk mempertanggungjawabkan diri mereka. Allah swt berfirman:
“Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat. (yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya Itulah hari ke luar (dari kubur).” (QS Qaaf : 41-42)
Juga Allah swt berfirman dalam surat Al-Mufhaffifin Ayat 4-7 yang berbunyi:
“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? Sekali-kali jangan curang, karena Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin”.
Dan manusia dibangkitkan dalam keadaan  حُفاَةً عُرَاةً غُرْلاً  (Tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan). Sebagai mana firman-Nya:
“Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulanginya (mengembalikannya).” (QS Al-Anbiya : 104)
Manusia akan dikembalikan secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun, dikembalikan dalam keadaan demikian. Bercampur dan berkumpul antara laki-laki dan perempuan. Dan tatkala Nabi Muhammad saw menceritakan hal tersebut kepada ‘Aisyah ra maka berkatalah ia: “Wahai Rasulullah, antara laki-laki dan perempuan sebagian mereka melihat sebagian yang lain?” kemudian Rasulullah saw bersabda:
أَلْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى بَعْدٍ
“Perkara pada hari itu lebih keras dari pada sekedar sebagian mereka melihat kepada sebagian yang lainnya”. (HR Bukhari dan Muslim, dari Aisyah ra)
Pada hari itu laki-laki tidak akan tertarik kepada wanita, dan demikian sebaliknya. Sampai seseorang itu lari dari bapak, ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap keputusan Allah swt pada hari itu. Sebagaimana Firman-Nya:
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, Dari ibu dan bapaknya, Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS Abasa : 34-37)
Demikianlah peristiwa yang amat menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti, mudah-mudahan menjadikan kita semakin takut kepada Allah swt
أَقُوْلُ قَوْلِىْ هَاذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ , إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , أَمَّابَعْدُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : “وَأَمَّا مَنْ أُوْتِىُ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَالَيْتَنِيْ لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ” فَيَاأَيُّهَا النَّاسْ إِتَّقُ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Dari mimbar Jum’at ini kami sampaikan pula bahwasanya pada hari Akhir nanti matahari akan didekatkan diatas kepala-kepala sehingga bercucuran keringat mereka sehingga sebagian mereka akan tenggelam oleh keringat-keringat mereka sendiri, akan tetapi hal itu tergantung dari apa yang telah mereka perbuat di dunia.
Imam Muslim meriwayatkan dalam hadits yang Shahih Nomor 2864 dari Hadits Al-Miqdad bin al-Aswad ra berkata, ‘Rasulullah saw bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ, فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَىْ قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِيْ اْلعَرَقِ , فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَىْ كَعْبَيْهِ , وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَىْ رُكْبَتَيْهِ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَىْ حَقْوَيْهِ, وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا. وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ.
“Matahari akan didekatkan pada hari kiamat kepada para makhluk sampai-sampai jarak matahari diatas kepala mereka hanya satu mil, maka manusia mengeluarkan keringat tergantung amalan-amalan mereka. Diantara mereka ada yang mengeluarkan keringat sampai mata kakinya dan ada yang sampai lututnya, ada juga yang sampai pinggangnya dan ada yang ditenggelamkan oleh keringat mereka.” Dan Rasulullah saw member Isyarat dengan tangannya ke mulutnya.
Dan seandainya ada yang bertanya “Bagaimana itu bisa terjadi sedangkan mereka berada ditempat yang satu?” Maka Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut: “Ada sebuah kaidah yang hendaknya kita berpegang kepada kaidah itu, yaitu bahwa perkara ghaib wajib kita untuk mengimaninya dan membenarkannya tanpa menanyakan bagaimananya. Karena perkara tersebut berada diluar jangkauan akal-akal kita, kita tidak mampu mengetahui dan menggambarkannya.”
Demikianlah sebagian peristiwa di hari Akhir dan masih banyak lagi peristiwa yang akan kita alami yang hal itu akan menggetarkan hati bagi orang-orang Mukmin dan menjadikan mereka semakin takut kepada Allah swt

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَىْ النَّبِيْ, يَاآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَىْ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ, وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

BUKTI BUKTI CINTA PADA SANG NABI

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita terus-menerus meningkatakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, sebab hanya degan iman dan taqwa yang sesungguhnya, kebahagiaan dan keselamatan dunia sampai akhirat akan kita miliki. Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan hamba Allah yang mendapat rida-Nya dan senantiasa dalam rahmat sertalindungan-Nya, bahagia dunia dan akhirat, amin.Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Kita telah memasuki bulan yang bersejarah yakni bulan dimana Rasulullah Saw. Dilahirkan, Rasul pembawa ajaran terkhir, yang mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran dan menyelamatkannya dari tepi jurang neraka. Unuk itu sudah seharusnya kita tergugah untuk memperingatinya dengan bentuk amal saleh sebagai ungkapan cinta kita kepada Rasulullah Saw.
Sebagai umat Muhammad Saw. yang mencintai beliau, sudah sepantasnya jika hari kelahiran baginda Nabi Saw. Ini, kita merayakan dan memperingatinya dengan kegiatan yang sesuai dengan anjuran syariat Islam sebagai bukti cinta kita kepada beliau. Dan bukan sebalaiknya, memperingati maulid dengan kemaksiatan dan kemungkaran yang bertolak belakang, kata cinta kepada beliau. Peringatan malid Nabi hendaklah dijadikan momentum penyelenggaraan kecintaan dan ketaatan pada ajaran yang di bawa oleh beliau. Allah Swt. Berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوني‏ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ   قُلْ أَطيعُوا اللهَ وَ الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لا يُحِبُّ الْكافِرينَ
Artinya:
katakanlah, ‘jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali-Imron: 31-32)

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Manifestasi cinta kepada Rasulullah Saw. Agaknya memerlukan penyelenggaraan kembali  pada akhir-akhir ini, sebab merupakan tuntunan ajaran agama yang harus dijaga kemurniannya, jangan sampai diarahkan kepada hal-hal yang menyimpang. Hal ini penting untuk diingat, sebab pada akhir-akhir ini terliahat gejala-gejala yang perlu mendapat perhatian dan pelurusan, diantarnya, bentuk kegiatan peringatan maulid yang hanya sekedar kegiatan rutinitas untuk menghabiskan anggaran biaya yang sangat besar tanpa disemangati kecintaan kepada Rasulullah,sehingga bentuk-bentuk peringatannya terkadang menyimpang jauh, bahkan bertentangan dengan logika kecintaan kepada beliau.
Ketika kita mengadakan peringatan mauid Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, nilai ritual yang ada didalamnya harus mencerminkan logika kecintaan kepada beliau, bukan yang kontradiktif dengan logika cinta. Perhatikan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas r.a. berikut ini:

عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: من أحب سنتى فقد أحبنى ومن أحبنى كان معى فى الجنة.
Artinya:
Diriwayatkan dari Anas r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda, barang siapa mencintai sunnahku maka sungguh ia telah mencintai aku, maka ia bersamaku di surga

Di dalam kitab durrotun Nasihin di jelaskan:
فمن أحب أن ينال رؤية النبي عليه الصلاة والسلام فليحبه حبا شديدا وعلامة الحب الاطاعة فى السنته السنية واكثار الصلاة عليه لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال من أحب شيئا اكثر من ذكره
Artinya:
“Maka barang siapa menginginkan dapat melihat Rasulullah Saw., hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang sungguh. Adapun tanda-tanda cinta Rasul itu adalah mengikuti Sunnah beliau yang mulia dan memperbanyak berselawat untuk beliau, sebab Rasulullah Saw, telah bersabda, ‘barang siapa mencintai sesuatu, maka ia tentu banyak menyebutnya,”

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Mecermati hadis di atas, dapatlah kita ketahui bahwa inti dari cinta kepada Rasulullah Saw. Adalah mengikuti dan meneladani sunnah-sunnah beliau dan memperbanyak membaca selawat kepada beliau. Dengan kata lain, ungkapan rasa cinta kepada beliau harus diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berorientasi kepada nilai religi, bukan sebatas formalitas belaka. Karena ujung dari rasa cinta itu adalah peningkatan kualitas diri dalam pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh beliau.
Pengakuan cinta kepada beliau haruslah disertai perbuatan yang mencerminkan kecintaan kepada beliau,bila tidak, maka sama saja cinta itu bohong adanya. Perhatikan pernyataan salah seorang waliyullah Hatim Az Zahid berikut ini:

من ادعى حب النبي صلى الله عليه وسلم من غير اتباع السنة فهو كذاب
Artinya:
Barang siapa mengaku cinta Rasulullah Saw.tanpa mau mengikuti perilaku beliau, maka ia adalah seorang pembohong.

Hadrin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Oleh karena itu, bulan Rabiul Awal ini kita jadikan momentum untuk menyegarkan kecintaan kita kepada beliau, sekaligus mentaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Hal ini sangat refleksi dari cinta Rasul yang sesungguhnya, agar kelak kita memperoleh syafaat beliau yang artinya:
“diriwayatkan dari Aisyah.r.a., dia berkata, ‘barang siapa mencintai Rasulullah Saw., maka ia memperbanyak membaca selawat untuk belaiu. Adapun buahnya adalah memperoleh syafaat beliau dan dapat dan dapat menyertai beliau di surga’”
Allah Swt. Berfirman:

 مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
Artinya:
Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang sia yang berpaling dari (ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)
Hadrin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Semoga peringatan demi peringatan maulid Nabi Saw. Yang diselenggarakan oleh kaum muslimin, benar-benar merupakan ekspresi kecitaan kepada beliau, dengan kesediaan penuh untuk menaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau, sehingga kita akan mendapatkan syafa’at beliau, dan dapat bersama orang yang kita cintai itu di dalam surga, amin.    

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


ATAS NAMA CINTA


اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي
Jamaah yang dicintai Allah

Marilah kita bersama-sama menengadahkan tangan mengharapkan limpahan rahmat dan cinta-Nya, agar kita semua senantiasa diberikan kekuatan untuk bertaqwa kepada-Nya. shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda tercinta Rasulullah saw yang telah memberikan kepada umatnya piwulangan dalam menghadapi kehidupan.

Ma’asyiral muslimin, Jama’ah Jum’ah yang berbahagia

Pada kesempatan ini khatib dengan rendah hati ingin menyampaikan satu hal yang telah mafhum adanya mengenai ‘cinta’, sehingga kemafhuman itu seringkali mengabaikan nilai subtansial yang terkandung di dalamnya. Alam al-qur’an kalimat Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Sebagai ayat pertama dari Q.S. Al Fatihah ini sangat akrab dengan keseharian umat Muhammad S.A.W. Ia merupakan pembuka dari segala pembuka pintu rahmat Allah yang, menurut Hadits Qudsi, memang telah menetapkan Kasih SayangNya melebihi segala hal, termasuk KemurkaanNya sendiri.

Kalimat "dengan menyebut nama Allah" sesungguhnya bukanlah sekadar ucapan tanpa makna, melainkan peneguhan bahwa siapa pun yang mengucapkannya sedang bertindak atas nama Allah. Ia sedang menetapkan dirinya sebagai representasi Tuhan di permukaan bumi. Ia, yang membaca "bismillaahir-rahmaanir-rahiim" menjadi bukan sembarang orang. Ia menjelma wakil Allah. Menjadi lambang CintaNya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang berbahagia

Jika setiap saat seseorang membaca basmalah, maka seketika itu pula ia memakai jubah keagungan Rahmaan Rahiim Allah. Ia mengibarkan panji-panji Cinta dan Kasih SayangNya. Ia mewujud simbol Kehadiran Tuhan untuk menyentuh hati yang sedih dan khawatir dan merawat mereka yang sepi dan merasa ditinggalkan. Pelayanan dan pertolongan pada sesama menjadi pelaksanaan dari kata-katanya bahwa ia menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Ia yang menyebut nama Allah sekaligus menempatkan dirinya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Ia adalah salah satu di antara empat golongan yang tidak merugi, menurut Q.S. Al Ashr, yaitu orang beriman, berbuat baik, saling menasihati tentang hanya Allah Yang Maha Benar, dan saling menasihati tentang bagaimana bersabar dengan keadaan masing-masing. Kearifan para guru pun mengajarkan bahwa Kasih Sayang tak cuma dengan menimang, tapi juga menuntun dan melepaskan

Cinta Allah adalah Kasih Sayang yang hakiki. Allah memberi tanpa menunggu hambanya meminta. Allah menjaga tiada jeda tiada lena. Dalam ayat Kursi di Q.S. Al Baqarah ayat 255, Allah menegaskan bahwa Dia bahkan tidak tidur tidak pula mengantuk. Dia menerbitkan matahari meski tak ada yang memohonnya. Dia mengalirkan nafas dan mengeluarkan keringat dari pori-pori tanpa manusia sadar untuk mensyukurinya setiap saat.

لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Bagi yang menyebut nama Allah terus-menerus dan tiada berhenti, yang apabila disebut nama Allah maka bergetar hatinya, sebagaimana dimaktubkan dalam Q.S Al Anfal ayat 2,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Maka keimanan yang mengakar di hatinya tumbuh dan berkembang menjadi pohon kebaikan yang meneduhkan dan bermanfaat bagi siapa pun. Ia, yang bertindak atas nama Allah, tidak membawa dan menyampaikan apa pun selain Kasih SayangNya, apa pun itu.

Oleh karena itu para hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Barang siapa yang senantiasa menyebut nama Allah sesungguhnya ia mencintai Allah dan Allah mencintainya. Allah menjadi penglihatan baginya melihat, mewujud pendengaran baginya mendengar, merupa peneguh baginya berpegang, dan menjelma pijakan baginya melangkah. Ia yang selalu mendekat kepada Allah menyediakan dirinya untuk menjadi cermin dari sifat dan perilaku Tuhan. Ia tak lagi memelihara kebencian.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, siapa pun yang bergerak, atau tidak bergerak, atas nama Allah, maka sesungguhnya Allah bersamanya. "La tahzan, inna 'l-laaha ma'ana”. Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita, firman Allah, dalam Q.S. At Taubah ayat 40. Siapa pun yang berada di wilayah ketuhanan Allah Yang Maha Mengasihi dan Menyayangi, ia aman dari segala jangkauan keburukan karena Allah sendiri yang melindunginya.

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah

jika diumpamakan maka cinta itu bagaikan matahari. Meski tetap di tempatnya yang sangat jauh dari bumi; cahaya, sinar, dan panas matahari menembus pori-pori manusia. Cinta juga ibarat angin; terasa kehadirannya meski tak tampak. Dengan menyebut nama Allah, semoga kita adalah orang-orang yang sabar menghadapi kebencian dan permusuhan dengan cinta dan kasih sayang.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersabar,"

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ



Ada Amal, Ada Balasannya


ألحَمْدُ لِلّهِ. ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Umat Islam tentu mengetahui, mengakui dan menyadari dengan sepenuhnya, bahwa dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tidak ada menjadi ada; dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan berdaya upaya; dari lemah menjadi dapat berbuat sesuatu; dari menangis menjadi kuat dan perkasa serta menguasai alam ini. Itu semua bertujuan agar manusia selalu mengabdi kepada-Nya. Kita diciptakan bukan supaya bermusuh-musuhan, bukan untuk saling membunuh, bukan untuk berfoya-foya, bukan untuk bersanang-senang yang dapat melupakan Sang Pencipta Allah Rabbul ‘Alamin, juga bukan untuk berbuat kerusakan. KIta diciptakan semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya.
Pengabdian hamba yang baik dan ihlas pasti tidak akan sia-sia. Karena disamping hal itu merupakan bukti kepatuhan dan ketaatan kepada penciptanya, kita juga akan diberi imbalan, balasan yang berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang tidak bisa hidup sendiri, tapi membutuhkan orang lain. Manusia yang menginginkan keturunan pun membutuhkan manusia yang lain.
Manusia yang baru dilahirkan dari rahim ibunya tidak berdaya dan tidak dapat berbuat sesusatu, kecuali bergerak dan menangis. Nah, pada saat-saat demikian inilah ia membutuhkan pertolongan orang lain, seperti: bidan, dan lain-lain.
Manusia yang meninggal dunia tidak bisa memandikan diri sendiri, membungkus dirinya dengan kain kafan, bersembahyang dan mengubur dirinya sendiri, akan tetapi harus dimandikan dibungkus dan dikafan, disembahyangkan dan dikubur oleh orang lain
Bahkan untuk makan sesuap nasi pun manusia membutuhkan kerja sama dengan berbagai orang. Mereka akan menerima pahala dan siksa dari Allah besok di akhirat, menurut baik dan buruk yang dikerjakannya.
Oleh karena itu, manusia yang akan mengerjakan sesuatu pekerjaan, pasti akan berfikir terlebih dahulu, apakah yang akan dikerjakan itu termasuk kebaikan ataukah keburukan, ketaatan atau kemaksiatan dan kedurhakaan? Apabila yang dikerjakan itu ternyata kebaikan dan ketaatan, pasti ia mendapat pahala. Tapi apabila ternyata keburukan, kemaksiatan dan kedurhakaan, pasti akan mendapat siksa dari Allah SWT.
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Jadi manusia akan mendapat pahala karena amal baiknya, dan mendapat dosa dan siksa karena amal jeleknya. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat az-Zalzalah ayat 7-8:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia melihat (balasan)nya . Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (pula).”
Yang tersebut tadi adalah pahala dan dosa akibat perbuatan sendiri, bukan karena orang lain.
Dalam Islam memang tidak ada dosa warisan. Sehingga anak tidak akan menerima bagian sedikit pun dari dosa dosa orang tuanya. Nabi adam AS dan ibunda Hawa pernah melanggar larangan Allah SWT, sedikit pun kita umat manusia sebagai keturunannya tidak diberi dosa warisan dari beliau.
Siapa yang berbuat kebaikan, akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan siapa yang berbuat kejahatan, akan mendapat siksa dari-Nya.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 286 :
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan ) yang dikerjakannya.”
Islam menegaskan, bahwa setiap bayi yang keluar dari rahim ibunya itu suci, tidak berdosa sampai ia dewasa. Dan apabila ia telah menjadi orang yang dewasa, maka barulah amal perbuatannya itu dicatat sebagaimana lainnya, yang baik diberi pahala dan yang jahat diberi dosa.
Hadis Nabi Muhammad SAW Yang diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnad Tabrani dan Baihaqi menerangkan sebagai berikut :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أوْ يُمَجِّسَانِهِ
Tiap-tiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci bersih sehingga menjadi fasih lisannya, lalu ayah ibunya menjadikan orang beragama Yahudi, Kristen atau Majusi.”
Dan hadis lain yang diriwyatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud dan al-Hakim menerangkan sebagai berikut:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَلَي ثَلَاثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ الْمَغْلُوْبِ عَلَي عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظُ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ
Pena (malaikat) itu diangkat (maksudnya: perbuatan manusia tidak ditulis, tidak dicatat) dari tiga macam orang : 1. Orang gila hingga ia sembuh gilanya. 2. Orang yang tidur hingga ia terjaga (bangun dari tidurnya), dan 3. Anak kecil hingga ia menjadi baligh (dewasa)."
Dalam surat an-Najm ayat 38-41diterangkan sebagai berikut :
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى. وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى. وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى. ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاء الْأَوْفَى
Bahwasannya seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang diusahakannya.Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diberi balasan yang paling sempurna.”
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Dengan demikian, kita dituntut untuk berbuat kkebajikan sebanyak-banyaknya. Karena kita sendirilah yang akan menerima balasan pahala darinya disamping kebehagiaan duniawi.
Kita juga dituntut menjauhi kejahatan, kedurhakaan dan kemaksiatan agar menjadi orang yang selamat di dunia dan akhirat.
Apabila kita perhatikan firman-firman allah SWT dan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW tadi, kita akan dapat memetik kesimpulan sebagai berikut:
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tidak mempunyai dosa, baik akibat perbuatannya sendiri maupun akibat perbuatan orang tua atau leluhurnya.
2. Semua pahal atau siksa yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah balasan yang setimpal dari perbuatannya sendiri, baik secara langsung maupun tidak.

مَنْ سَنَّ فِيْ الْاِسْلاِمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أنْ يَنْقُصِ مِنْ أوْزَارِهِمْ شَيْئٌ
Barangsiapa memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala dan pahala orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari pahala mereka, dan barangsiapa yang memberikan contoh jelek dalam Islam maka atasnya dosanya dan dosa orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa dosa mereka."
Sehubungan dengan hadis tersebut, Allah SWT berfirman dalam surat Yasin Ayat 12 sebagai berikut :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya kami menghidupkan orang orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (lauh-mahfudz)."
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
1. Kita hendaknya memperbanyak amal shalih demi keselamatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat.
2. Kita hendaknya menghindar dari berbuat maksiat agar selamat dari siksa Allah SWT
3. Kita dituntut memberikan contoh-contoh yang baik menurut pandangan Islam, agar mendapatkan pahala perbuatan itu dan pahala orang-orang yang meniru serta mengikutinya sampai hari kiamat
4. Kita dilarang berbuat maksiat atau memberikan contoh-contoh yang jelek menurut pandangan Islam, agar tidak mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang orang yang mengikuti jejaknya sampai hari kiamat.

اِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلّامِ. وَاللهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ. وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. أعُوْذُ باللهِ مِنَ الشّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اِنّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَحْمَانٌ رَحِيْمٌ


7 UPAYA MENJAGA KESUCIAN DIRI DI HARI FITRI


الحمد لله الذى عاد علينا نعمه فى كل نفس ولمحات وأسبغ علينا ظاهرة وباطنة فى الجلوات والخلوات. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى امتن علينا لنشكره بأنواع الذكر والطاعات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الأنبياء والمرسلين وسائر البريات. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الفضل والكمالات. اما بعد فيا أيها الناس اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون   
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah di bulan syawal ini kita tingkatkan ketaqwaan kita dengan menjaga kesucian jiwa sebagai seorang hamba yang baru dilahirkan di hari yang suci idul fitrri. Tentunya setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Marilah kertas yang masih putih bersih ini kita jaga dari coretan dan noda. Sebisa mungkin kita jauhkan diri kita dari perbuatan yang dianggap tabu oleh syariat agama. Semoga Allah swt mempermudah usaha kita dalam menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Amien.
Jama’ah yang berbahagia
Tak terasa telah berlalu bulan Ramadhan yang paling mulia. Bahkan hiruk pikuk lebaran tinggal sisa-sisa saja. Baju baru telah dipakai berkali-kali, hingga hilang sifat ke-baruannya. Kue lebaran tertinggal tipis di dalam tempatnya. Halal bi halal dan saling memaafkan telah dilaksanakan, mengurangi dosa haqqul adami di dunia. Alhamdulillah atas nikamtnya, kita masih menjumpai lebaran tahun ini. Semoga juga dapat bersua dengan lebaran tahun depan.
Lantas apakah ini berarti misi telah usai dan tugas telah beres? Dan kita menunggu Ramadhan tahun depan lagi? tidak. Misi belum tuntas. Berhamba kepada Allah swt tidak mengenal batas waktu dan usia. Banyak pekerjaan yang harus kita lakukan setelah Ramadhan sebagaimana banyaknya bujukan syaitan kepada manusia. Jika Ramadhan telah berhasil membuat diri kita kembali fitri dan suci, maka pekerjaan utama di bulan syawal ini adalah menjaga kesucian diri dengan menghindari berbagai larangan syariat dan menjalankan perintah agama.
Jika puasa telah menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa, orang yang senantiasa menghindari larangan-larangan-Nya, maka setelah bulan puasa ini kita harus meningkatkan diri dengan cara menjaga ketaqwaan itu dan menambahkan rasa takut (kahuf) kita kepada Allah swt. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Ali Imran

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Ayat di atas menerangkan bawasannya takut kepada Allah merupakan syarat utama menjadi seorang mukmin sejati, tidak ada tawaran didalamnya. Seorang mukmin sejati, yaitu orang yang takut kepada Allah swt di dunia maka ia akan mendapatkan jamianan keamanan oleh Allah di hari akhirat. Begitu pula sebaliknya orang yang merasa aman (tidak takut kepada Allah) di dunia maka allah akan menakutinya di akhirat nanti. Begitu bunyi sebuah hadits qudsi.
وعزتي لا أجمع على عبدي خوفين ولا أجمع له أمنين ، إذا أمنني في الدنيا أخفته يوم القيامة ، وإذا خافني في الدنيا أمنته يوم القيامة
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dengan demikian jelas sudah bahwa tugas kita selanjutnya adalah menjaga ketaqwaan yang telah kita pelajari selama Ramadhan dan meningkatkannya menjadi rasa takut (khauf) kepada Allah swt. lalu bagaimanakah langkah menuju khauf itu, apa tehnik praktisnya?
Abu Laits berkata bahwa untuk melatih diri menjalani perasaan khauf kepada Allah ada tujuh hal yang harus ditekuni. Pertama adalah lisan. Artinya lisan harus senantiasa takut kepada Allah swt dengan menjaganya agar tidak terperososk ke dalam kebohongan, pergunjingan, dan banyak bicara. Sibukkanlah lisan kita dengan berdzikir kepada Allah swt. Kedua adalah hati. Artinya hati haruslah takut kepada Allah dengan cara membersihkan berbagai penyakitnya seperti permusushan, kejahatan dan hasud. Karena seseungguhnya hasud (dengki) adalah penyakit paling berbahaya dalam hati. hasud dapat menghilangkan pahala kita sebagaimana api menghabiskan kayu bakar. Ketiga adalah mata. Artinya Mata harus merasa takut kepada Allah swt dengan cara menghindarkannya dari melihat berbagai makanan dan minuman yang diharamkan. Serta menghindarkannya dari kesenangan melihat kemewahan dunia, kalaupun melihat dunia, itu dilakukan dengan penuh tafakkur. Keempat adalah perut. Perut harus merasa takut kepada Allah dengan cara menghindari berbagai makanan yang haram walaupun hanya satu suapan. Karena ketika perut mengandung sesuap makanan haram, maka semua malaikat di langit dan bumi akan melaknatnya, dan ketika mati maka neraka jahannamlah tempatnya.
إذَا وَقَعَتِ اللُقْمَةُ مِن حَرامٍ في جَوفِ العَبْدِ لَعَنَهُ كُلُّ مَلَكٍ في السَّماوَاتِ وَالأرْضِ، وَما دَامَتِ اللُّقْمَةُ في جَوفِهِ لا يَنْظُرُ اللهُ إليَهِ، وَمَنْ أَكَلَ لقْمَةً مِن الحَرامِ فقَدْ باءَ بِغَضَبٍ منَ اللهِ فإنْ تابَ تابَ اللهُ عَلَيهِ وإنْ ماتَ فالنّار أوْلى بهِ.
Yang Kelima adalah tangan. Tangan harus merasa takut kepada Allah, jangan pergunakan tangan untuk bermaksiat kepada-Nya tapi manfaatkanlah tangan itu untuk taat kepada-Nya.
Keenam adalah telapak kaki. Gunakanlah telapak kaki ini untuk berjalan menuju kepada ridho-Nya dan jangan sekali-kali digunakan menuju kedurhakaan. Dan terakhir adalah taha’t kepada Allah dengan hati yang tulus ikhlas.
Dengan demikian Abu Laits telah memberikan satu petunjuk praktis mempelajari khauf. Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah dalam pendakian menuju puncaknya. Ya Allah kami hambamu ini bukanlah orang yang dapat dengan mudah merasa takut kepada mu, tapi apa susahnya bagi-Mu mempermudah perasaan itu hadir dalam diri kami…amien
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ