Pada suatu hari abu hurairah
sedang membersihkan hidungnya dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Kemudian dia
berbicara sendiri. “Ah, lihatlah Abu Hurairah, dia membersihkan hidungnya
dengan sehelai sapu tangan yang cantik. Teringat aku semasa biasanya berbaring
diantara mimbar dengan rumah Nabi. Orang menyangka aku mengidap penyakit sawan.
Padahal sebenarnya aku sedang menderita kelaparan.”
Abu hurairah mengalami kelaparan
selama beberapa hari. Kadang-kadang kelaparan yang dialaminya begitu dasyat
hingga ia jatuh pingsan. Orang yang melihat keadaanya menyangka ia terkena
penyakit sawan. Pada masa itu penderita-penderita penyakit sawan diobati dengan
meletakkan kaki di lehernya. Penderitaan Abu Hurairah ini terjadi saat islam
pertama kali berkembang di tanah Arab. Saat Islam telah tersebar dengan luas,
kehidupan Abu Hurairah agak sedikit sejahtera.
Sebagaimana yang telah tercatat
dalam sejarah Islam, bahwa Abu Hurairah adalah termasuk ahlus Suffah yaitu
komunitas shabat yang tinggal di serambi masjid, mereka (ahlus suffah) adalah
orang-orang fakir yang tidak memiliki keluarga dan harta di kota Madinah. Oleh sebab
itu mereka disuruh oleh Rasulullah untuk tinggal di masjid, sedangkan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari mereka dibantu oleh para sahabat-sahabat lain yang
kaya/mampu.
Namun, suffah /serambimasjid
tersebut tidak hanya dipakai untuk penampungan saja, akan tetapi dipakai untuk lembaga
pendidikan atau majlis ilmu mereka belajar agama Islam, membaca mendengarkan,
dan mengkaji al-Qur’an serta hadits-hadits Nabi Saw. Sebagaimana yang dilakukan
oleh Abu Hurairah r.a. hampir setiap waktu dia menyertai Nabi Muhammad SAW. Oleh
sebab itu tidak salah jika Abu Hurairah adalah termasuk salah satu sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits Nabi Muhammad SAW.
Dia merupakan seorang yang sangat
warak dan suka menunaikan sembahyang nafilah. Dia mempunyai sebuah tasbih yang
penuh dengan biji-biji buah tamar yang digunakan untuk berdzikir. Dirumahnya senantiasa
terdapat orang yang sibuk sembahyang.
Dikutip dari “The Scret Kisah-Kisah Teladan”; Abdul Aziz
Saefuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar