Disusun Oleh:
Ah.
Faishol Shodiqin
|
|
Fahrur
Rozi
|
|
M.
Yusuf
|
|
Didik
Hadi Prayitno
|
|
Indri
Aminatul U.
|
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karen Danielson Horney dapat
dikelompokkan sebagai orang yang keluar dari sudut pandang Freudian ortodoks.
Meskipun bukan murid langsung atau kolega Freud, namun Horney telah ditraining
di tempat pelatihan resmi psikoanalitik oleh salah satu murid Freud yang paling
terpercaya. Sehingga mau tidak mau dia berada di kamp Freudian dalam jangka
waktu yang lama.
Pada satu sisi, teori Horney
dipengaruhi oleh jenis kelaminnya, namun mungkin juga lebih dipengaruhi oleh
keadaan sosial dan budaya yang membuatnya terlihat (exposed). Dia
datang beberapa dekade setelah munculnya perkembangan utama Freud, dan dia
merancang pokok-pokok teorinya di tengah-tengah keadaan budaya yang sangat
berbeda dari Freud-Amerika
Serikat. Pada 1930-1940an, terjadi perubahan pandangan mengenai jenis kelamin
dan peran jenis kelamin. Perubahan ini bisa dilihat di Eropa, namun lebih nyata
terlihat di Amerika. Selain itu, keadaan sosial juga berbeda di Amerika.
Horney menemukan bahwa pasien di
Amerika berbeda dengan pasien di Jerman, baik dalam hal neurosa maupun
kepribadian yang normal, di mana perbedaan keadaan sosial mungkin cukup menjadi
alasan bagi terjadinya perbedaan kepribadian. Oleh karenanya dia berpendapat
bahwa kepribadian tidak semata-mata dipengaruhi oleh keadaan biologis saja,
sebagaimana dikemukakan oleh Freud. Karena jika pendapat Freud benar, maka kita
tidak akan melihat perbedaan besar dalam kepribadian seseorang dari satu
kebudayaan dengan kebudayaan lain.
Dalam teori Horney, pusat kepribadian bukanlah
sex atau agresi tapi kebutuhan dan usaha untuk memperoleh rasa aman. Pandangan
Horney mengenai sifat dasar manusia juga cenderung memuji dan optimis: kita
dapat mengatasi kecemasan kita dan dapat tumbuh serta mengembangkan potensial
kita semaksimal mungkin.
B. Rumusan Masalah
1.
Seperti apa riwayat kehidupan
Karen Horney?
2.
Bagaimana pemikiran-pemikiran
Karen Horney?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Karen Horney
1. Riwayat Hidup Karen Horney
Karen Danielson dilahirkan di Hamburg,
Jerman pada tanggal 16 September 1885.
Dan meninggal di New York pada tanggal 4 Desember 1952.[1]
Ayahnya, Berndt Wackless Danielson, adalah seorang kapten kapal dengan berlatar
belakang Norwegia, sedangkan ibunya, Clotilde, adalah orang Belanda. Ny.
Danielson berusia 17 tahun lebih muda dari suaminya dan wataknya sangat
bertolak belakang dari suaminya. Ayah Karen adalah seorang yang taat beragama,
bersifat menguasai dengan keras sekali, angkuh, sering murung, dan pendiam,
sementara ibunya adalah seorang yang menarik, periang, dan berpikiran bebas.
Horney muda mengagumi ayahnya dan sangat merindukan perhatian dan cinta
kasihnya, tapi dia ditakut-takuti oleh ayahnya. Selalu teringat di benak Horney
“mata biru ayahnya yang menakutkan” dan ketegangannya, sifat banyak menuntut.
Pada tahun-tahun pertama Horney merasa ditolak oleh ayahnya. Ayahnya seringkali
melontarkan komentar-komentar bernada meremehkan tentang penampilan dan
intelegensinya. Dia merasa diremehkan dan tidak menarik, meskipun kenyataannya
dia cantik.
Karen dekat dengan ibunya dan menjadi
“putri pemuja,” sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang. Hingga usianya
mencapai 8 tahun, Horney adalah seorang anak teladan, melekat dan selalu
mengalah. Di tengah-tengah usahanya, dia masih saja tidak percaya bahwa dia tidak
memperoleh cinta kasih dan rasa aman yang dia butuhkan. Karena pengorbanan diri
dan perilaku baik tidak berhasil, maka dia mengubah siasatnya.
Pada usia 9 tahun, Horney menjadi
seorang anak yang ambisius dan suka melawan. Dia memutuskan bahwa jika dia
tidak dapat memperoleh cinta kasih dan rasa aman, maka dia akan melakukan balas
dendam kepada perasaan tidak menarik dan kurangnya. Beberapa tahun kemudian dia
menulis, “Jika aku tidak bisa menjadi cantik, maka aku harus menjadi pandai”.
Dia berjanji untuk selalu menjadi yang pertama di kelasnya. Ketika dewasa, dia
menyadari betapa banyak rasa permusuhan yang telah dia bangun pada masa kecil.
Teori kepribadian Horney menjelaskan bagaimana rasa cinta yang tidak terpenuhi
pada masa kanak-kanak mendorong berkembangnya kecemasan dan permusuhan dasar.
Di tengah-tengah perlawanan kepada
ayahnya dan perasaan tidak berharga serta putus asa. Pada usia 24 tahun,tepatnya
Tahun 1909, Horney menikah dengan Oscar Horney, seorang pengacara dari Berlin.
Waktu itu, dia mempunyai tiga anak dan ikut training psikoanalisis. Dia
menerima analisis tentang dirinya dari murid kesayangan Freud, yang menyebut
Horney dalam istilah-istilah yang menyala-nyala kepada sang guru.
Pada 1926, Horney dan suaminya
berpisah, dan enam tahun kemudian dia pindah ke Amerika, pertama-tama bekerja
di Chicago dan akhirnya menetap di New York. Di antara rekannya adalah Erich
Fromm dan Harry Stack Sullivan. Selama beberapa tahun dia mengembangkan
sebagian besar teorinya. Pada akhir hayatnya dia tertarik pada agama Budha Zen,
dan dia telah menunjungi beberapa biara Zen di Jepang beberapa tahun sebelum
meninggal.[2]
2.
Riwayat Pendidikan dan
Karir Karen Horney
Karen Mendapat Pendidikan kedokteran di
Universitas Berlin. dan bekerja di Institut Psikoanalisis Berlin dari tahun
1918 sanpai tahun 1932. Karen dianalisis oleh Karl Abraham dan Hasn Sachc, dua
analis pelatih yang sangat terkenal di Eropa pada Saat itu. Keren pergi ke
Amerika Serikatatas undangan Franz Alexander dan menjadi Associate Director di
Institut Psikoanalisis Chicago selama dua tahun. Pada Tahun 1932 karen pindah
ke New York untuk melakukan praktek psikoanalisis dan mengajar di Institut
psikoanalisis New York. Selanjutnya, Keran bersana sejumlah tokoh yang memiliki
keyakinan yang sama, mendirikan Association for the Advancement of Psychoanalysis
dan American Institut of Psychoanalysis karena ketidakpuasan Karen
dan tokoh lainnya dengan Psikoanalisis ortodoks.[3]
A. Pemikiran Karen Horney
1. Basic Anxiety (kecemasan Dasar)
Basic anxiety adalah konsep utama
Horney, yang mengacu pada perasaan terisolasi dan tidak berdaya seorang anak
dalam potentially hostile world (dunia yang secara potensial bermusuhan).
Secara umum, Horney menyatakan bahwa segala sesuatu yang menggangu rasa aman
dalam hubungan anak dengan orangtuanya akan menghasilkan basic anxiety.
Kecemasan dasar (basic anxiety) berasal dari rasa takut, suatu
peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak berteman dan tak berdaya dalam
dunia penuh ancaman. Kecemasan ini membuat individu yang mengalaminya yakin bahwa
dirinya harus dijaga untuk melindungi keamanannya.
Terdapat banyak faktor dalam lingkungan yang dapat
menyebabkan timbulnya rasa tidak aman pada seorang anak, yaitu yang disebut
oleh Horney sebagai basic evil, yang meliputi dominasi langsung maupun tidak
langsung, pengabaian, penolakan, kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak,
kurangnya bimbingan, penghinaan, pujian yang berlebihan atau tidak adanya
pujian sama sekali, kurangnya kehangatan, terlalu banyak atau tidak adanya
tuntutan tanggung jawab, perlindungan yang berlebihan, diskriminasi, dan lain
sebagainya. Rasa tidak aman (insecure) membuat anak mengembangkan
berbagai strategi untuk mengatasi perasaan-perasaan isolasi dan tak berdayanya.[4]
Ia (seorang anak) bisa menjadi bermusuhan dan ingin membalas dendam terhadap
orang-orang yang menolaknya atau berbuat sewenang-wenang terhadap dirinya. Anak
juga bisa menjadi sangat patuh supaya mendapatkan kembali cinta yang
dirasakannya telah hilang. Strategi lain adalah anak mengembangkan gambaran
diri yang tidak realistik, yang diidealisasikan, sebagai kompensasi terhadap
perasaan-perasaan inferioritasnya.[5]
2. Sepuluh Kebutuhan Orang Neurotik
Menurut Horney, terdapat sepuluh strategi yang
merupakan konsekuensi pencarian solusi bagi hubungan yang terganggu antara anak
dan orang tua yang disebut neurotic trends atau neurotic needs,
yaitu:[6]
a. Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan
Cirri dari kebutuhan ini adalah keinginan membabi
buta untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan-harapan
mereka. Orang yang seperti ini mengharapkan pendapat baik dari orang lain,
sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain dan sangat
peka terhadap setiap tanda penolakan atau ketidakramahan.
b. Kebutuhan akan mitra
Cirri dari kebutuhan ini adalah orang yang selalu
butuh orang lain, takut ditinggalkan sendirian dan terlalu menghargai cinta.
Cirri dari in percaya bahwa cinta dari orang lain akan mnyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi.
c. Kebutuhan untuk membatasi hidupnya sesempit mungkin
Cirri dari kebutuhan ini adalah orang yang tidak banyak menuntut dan
lebih suka untuk tidak dikenal orang lain.
d. Kebutuhan akan kekuasaan
Mempunyai
ciri berkeinginan kuat untuk berkuasa, memuja kekuatan dan melecehkan kekuatan.
e. Kebutuhan mengeksplotasi orang lain
Orang
yang takut menggunakan kekuasaan secara terang-terangan, bisa berusaha
menguasai orang lain melalui eksploitasi dan superioritas intelektual.
Kecenderungan neurotic mengevaluasi orang lain bagaimana mereka dapat
dimanfaatkan namun pada saat yang sama mereka takut dimanfaatkan orang lain.
f. Kebutuhan pengakuan social atau prestise
Orang
yang selalu menginginkan penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat
sekitarnya. Harga diri ditentukan oleh banyaknya penghargaan yang diterima dari
masyarakat.
g. Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi
Orang-orang
yang memiliki gambaran melambung tinggi dan ingin dikagumu berdasarkan gambaran
tersebut, bukan atas siapa sesungguhnya mereka.
h. Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi
Penderita
neurotic yang dering memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik. Mereka ingin
menjadi yang terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat
dari perasaan tidak aman dan harus mengalahkan orang lainuntuk memperlihatkan
superioritasnya.
i. Kebutuhan mencukupi diri sendiri dan independensi
Kecewa
dalam usaha menemukan hubungan yang hangat dan memuaskan dengan orang lain,
maka orang semacam ini memisahkan diri dari orang lain dan tidak mau terikat
kepada siapapin atau apapun. Mereka ingin membuktikan bisa hidup tanpa orang
lain. Gambaran khas deari “Play Boy” yang toidak mau terikat dengan wanita
manapun.
j. Kebutuhan kesempurnaan dan ketercelaan
Mereka
sangat takut membuat kesalahan dan kritikan dan mati-matian berusaha
menyembunyikan kelemahannya dari orang lain.
Selanjutnya, Horney mengklasifikasikan sepuluh kebutuhan
tersebut menjadi tiga orientasi menghadapi dunia, yaitu:[7]
1) Bergerak
Menuju Orang Lain (moving toward people)
Orang-orang yang
berorientasi moving toward people memiliki ciri-ciri seperti menganggap
orang lain mempunyai arti yang sangat penting dalam hidupnya, mempunyai sikap
tergantung pada orang lain, ingin disenangi, dicintai dan diterima, bersikap
intrapunitif (suka menghukum/ menyalahkan diri sendiri) serta mengorbankan diri
sendiri dan tidak individualistis. Seperti kebutuhan poin: a, dan b.
2)
Bergerak melawan
orang lain (moving against people)
Bagi orang yang
berorientasi moving against people mempunyai ciri-ciri seperti bersikap
agresif, oposisional (bertentangan dengan orang lain), ingin menguasai dan menindas
orang lain, tidak pernah memperlihatkan rasa takut maupun rasa belas kasihan
serta menjalin hubungan dengan orang lain berdasarkan pertimbangan untung dan
rugi. Seperti kebutuhan poin: d, e, f, g, dan h.
3)
Bergerak
menjauhi orang lain (moving away from people)
Orang yang
memiliki orientasi moving away from people, mempunyai ciri-ciri seperti
menjauh atau lari dari realitas, tidak mau mengadakan keterlibatan emosi dengan
orang lain baik dengan mencintai, berkelahi atau berkompetisi dan individu ini
selalu berusaha agar bisa hidup tanpa orang lain dan benar-benar tidak ingin
tergantung pada orang lain. Seperti kebutuhan poin: c, i dan j.
Ketiga orientasi di atas ada dalam
diri tiap orang karena ketiga sikap ini ada dalam lingkungan sosial atau
masyarakat dimana sikap itu berkembang. Pada orang-orang yang normal, ketiga
orientasi tersebut dapat berjalan secara seimbang dan fleksibel dimana ketiga
orientasi ini dapat saling mengisi satu sama lain dan dapat menjadi sesuatu
yang harmonis. Sementara pada orang-orang neurotik, ketiga orientasi ini
berjalan secara kaku dimana mereka hanya menggunakan salah satu orientasi
sehingga tidak produktif dan menghambat orang tersebut memenuhi
potensi-potensinya.
3.
Teori Diri
Ada cara lain yang ditawarkan oleh Horney dalam melihat neurosis,
yaitu berdasarkan citra diri. Bagi Horney, diri adalah pusat keberadaan anda
(seseorang), potensi anda (seseorang). Kalau mental anda (seseorang) sehat,
anda tentu mempunyai konsepsi yang akurat tentang siapa diri anda dan anda
bebas merealisasikan potensi tersebut (realisasi diri). Orang yang mengidap
neurotik mempunyai cara lain dalam memandag sesuatu. Kedirian orang neurotik
selalu terpecah menjadi dua, diri yang ideal dan diri yang dibenci.[8]
Horney yakin bahwa
manusia kalau mendapat lingkungan yang disiplin dan hangat, akan mengembangkan
perasaan aman dan percaya diri dan kecenderungan untuk bergerak menuju
realisasi diri. Celakanya, pengaruh negatif pada awal perkembangan sering
merusak kecenderungan alami menuju realisasi diri, yang membuat orang merasa
terisolir, inferior, dan asing dengan dirinya sendiri. Sesudanh mengalami
perasaan negatif itu, orang sangat menginginkan memperoleh perasaan identitas
yang mantap.
Ketika gambaran
diri ideal menjadi semakin kuat, pengidap neurotik mulai percaya bahwa gambaran
ideal itu nyata. Mereka kehilangan sentuhan dengan diri nyata mereka sendiri
dan memakai diri ideal sebagai standar evaluasi diri.
Pencarian keagungan neurotik (neurotic search for glory)
Adalah gambaran
orang yang menganggap diri ideal itu nyata, mereka memasukkannya sedara
komprehensif ke dalam semua aspek hidupnya, menjadikannya sebagai asuan tujuan,
konsep diri dan hubungannya dengan orang lain. Orang yang semacam itu
membutuhkan beberapa hal, diantaranya adalah:
a.
Kebutuhan kesempurnaan : merupakan dorongan untuk menggabungkan keseluruhan
kepribadian ke dalam diri ideal. Neurotik tidak puas dengan sedikit perubahan,
tidak menerima yang belum sempurna. Mereka meraih kesempurnaan dengan membangun
seperangkat keharusan dan ketidak harusan yang komplek.
b.
Ambisi neurotik : adalah pencarian keagungan diri melalui dorongan menjadi superior yang
kompulsif. Walaupun orang neurotik mempunyai keinginan yang kuat mengungguli
apapun, mereka secara teratur menyalurkan enerjinya ke aktivitas yang paling
berpeluang sukses.
c.
Dorongan untuk balas dendam : merupakan aspek neurotik yang berbahaya. Keinginan
berbalas dendam ini mumkin disembunyikan sebagai dorongan berprestasi – sukses,
tetapi tujuan utamanya adalah membuat atau untuk memperoleh kekuatan, atau
mengalahkan mereka melalui kelebihan mereka, atau untuk memperoleh kekutatan,
untuk membuat sengsara orang lain umumnya dengan melalui penghinaan.
Horney mengemukakan enam cara orang mengekspresikan
kebencian diri itu:
a.
Menuntut kebutuhan kepada diri tanpa ukuran (relentles
demands on the self) : merupakan contoh pemaksaan dari seharusnya (tyranny of
the should). Orang memunculkan kebutuhan diri yang tidak pernah berhenti.
b.
Menyakahkan diri tampa ampun (merciless self
accusation): orang neurotik yang terus menerus mencaci maki diri sendiri.
Kalau saja orang tahu, mereka akan menyadari bahwa saya berpura-pura pandai,
kompeten, dan baik hati. Saya nyata-nyata menipu, tetapi tidak ada orang yang
tahu.
c.
Menghina diri(self contempt): diekspresikan dalam
wujud memandang kecil, meremehkan, meragukan, mencemarkan, dan mentertawakan
diri sendiri. Menghina diri mencegahyang bersangkutan dari perjuangan untuk
maju atau berprestasi.
d.
Frustasi diri (self frustation): perbedaan antara
disiplin diri yang sehat dengsn frustasi diri yang neurotik adalah: disiplin
yang sehat menunda atau mendahulukan aktifitas yang menyenangkan dlam rangka
mencapai tujuan yang masuk akal, sedangkan frustasi diri melakukannya karena
benci diri dan dilakukan untu mengaktualisasi gambaran diri yang rendah.
e.
Menyiksa diri (Self Torment): cirinya adalah orang yang
memperoleh kepuasan masokisme dengan menyakiti diri endiri yang mengundang
siksaan fisik.
f.
Tingkah laku dan dorongan merusak diri (self destructive
action and impuls): tipikal orang yang suka merusak diri, baik secara fisikal,
psikologikal, akut maupun kronik. Contoh: pecandu narkoba, pemabuk dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
Psikologi Kepribadian. 2009. UMM Press: Malang
Boeree,
George. Personality Theories. 2007. Prismasophie: Yogyakarta
Hall,
Calvin S. Dkk. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). 1993. Kanisius:
Yogyakarta
[1]
Calvin S.H & Gardner
Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Hlm. 263
[2] http://unikunik.wordpress.com//teori-karen-horney/
[3]
Calvin S.H & Gardner
Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Hlm. 264
[4] http://www.psikologimania.co.cc/2010/04/karen-horney-tokoh-psikologi-humanistik.html
[5]
Calvin S.H & Gardner
Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Hlm. 265
[6] Alwisol. Psikologi Kepribadian.
Hlm. 136
[7]
http://www.psikologimania.co.cc/2010/04/karen-horney-tokoh-psikologi-humanistik.html
[8] George Boeree. Personality
Theories. Hlm. 185
[9]
Alwisol. Psikologi
Kepribadian. Hlm. 138
[10]
Alwisol. Psikologi
Kepribadian. Hlm. 140
Tidak ada komentar:
Posting Komentar