Berhubung dalam 2 bulan ini admin sedang PPL di SMKN , admin punya barang bagus ni buat temen-temen yang juga lagi praktek mnegajar pelajaran PAI. ini adalah modul atau bahan ajar PAI untuk kelas XI langsung download ja linknya, semoga bermanfaat
semoga blog ini bermanfaat, Please subscribe n follow halaman FB saya: @pecisantrinu dan chanel youtube saya: @Pecihitam NU
Label
- A.JASA DISAIN
- aplikasi
- ARTIKEL
- BROSUR
- CERAMAH
- CONTOH PROPOSAL
- DISAIN
- Do'a
- DOWNLOAD
- DOWNLOAD KITAB
- DZIKIR DAN DO'A
- FILM
- GAME
- INFO MENARIK
- INFO UNIK
- KAJIAN
- KHUTBAH
- KISAH
- KISAH INSPIRATIF
- KITAB
- KOMIK
- MAKALAH
- MASALAH FIKIH
- MEDIA PEMBELAJARAN
- MP3 ISLAMI
- NGAJI
- RPP
- shalawat
- SKRIPSI
- SOFTWARE
- SURAT
- TOKOH
- TUTORIAL KOMPUTER
Tafsir Mimpi menurut al-Qur'an dan Sunnah (Free Ebook tafsir mimpi)
Banyak yang
percaya bahwa mimpi mempunyai tafsir tentang apa yang akan dialami oleh
seseorang, mimpi memberikan peringatan akan terjadi suatu hal yang buruk atau sebaliknya,
memberikan kabar gembira atau kelimpahan rizki.
Mimpi terbagi
dua: mimpi yang benar dan yang batil. Mimpi yang benar ialah yang dialami manusia
tatkala kondisi psikologisnya seimbang dan keadaan cuaca sedang seperti
ditandai oleh bergoyangnya pepohonan hingga berjatuhannya dedaunan. Mimpi yang
benar tidak didahului dengan adanya pikiran dan keinginan akan sesuatu yang
kemudian muncul dalam mimpi. Kebenaran mimpi juga tidak ternodai oleh peristiwa
junub dan haid.
Adapun mimpi
yang batil ialah yang ditimbulkan oleh bisikan nafsu, keinginan, dan hasrat. Mimpi
demikian tidak dapat ditakwilkan. Demikian pula mimpi “basah” dan mimpi lain
yang mewajibkan mandi dikategorikan sebagai mimpi yang batil karena tidak
mengandung makna. Sama halnya dengan mimpi yang menakutkan dan menyedihkan
karena berasal dari setan.
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya
pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu
berduka cita, sedang pembicarana itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun
kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya
orang-orang yang beriman bertawakal.”(al-Mujaadilah: 10)
Untuk
download Ebook Tafsir Mimpi Klik DI SINI
Game Ujian Nasional
kali ini AFY akan berbagi game buat Adik-adik yang masih sekolah, tentunya aplikasi game yang akan saya share ini sangat berguna dan menyenangkan sekali, terutama bagi siswa-siswa yang akan menghadapi ujian Nasional, aplikasi game memuat banyak sekali
contoh-contoh soal UN. Untuk menjalankannya juga
cukup mudah, tinggal download, install dan mainkan deh. Selamat mencoba ya....
DOWNLOAD APLIKASI DI SINI
Faedah dalam Siwak
Bersiwak
adalah membersihkan gigi, gusi, dan mulut menggunakan dahan atau akar pohon. Bersiwak
sangat dianjurkan (sunnah Muakkadah) dalam dalam agama Islam. Dianjurkan juga
kayu yang dugunakan bersiwak adalah dari pohon Aaraak, atua pohon-pohon lain
yang memenuhi syarat yaitu lembut sehingga tidak merusak gigi dan gusi, bisa membersihkan,
berserat dan bersifat basah.
Dalam
kitab Athibbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul
Qoyyim, dijelaskan manafaat siwak, antara lain untuk membersihkan mulut,
menguatkan gusi, mencegah pendarahan, menguatkan penglihatan, mencegah gigi
berlubang, menyehatkan pencernaa, menjernihkan suara, membentu pencernaan
makanan, memperlancar saluran nafas (bicara), menggiatkan bacaan, zikir dan
shalat, menahan tidur, meridhakan Allah dikagumi malaikat, dan banyak
kebaikannya.
Rasulullah
Saw dalam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu berwudhu, ketika
akan shalat atau memasuki rumah.
Beliau
bersiwak dengan kayu (dahan) Aaraak. Baila tidur siwat tersebut diletakkan di
dekat kepalanya, dan bila bangun tidur beliau mulai dengan bersiwak.
Keturunan Budak
Zaid
bin Ali bin Abi Thalib Ra dihadapkan kepada khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Hisyam bertanya, “saya dengar kamu berhasrat merebut khilafah padahal kamu
tidak patut mandapatkannya karena ibumu adalah seorang budak.”
Zaid
bin Ali menjaawab, “ucapan anda yang mengatakan bahwa hatiku bernafsu merebut khilafah
hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang ghaib, bukan anda. Adapun ucapan
anda bahwa ibuku seorang budak, maka ketahuilah, bahwa Ismail As adalah putera
dari ibu yang juga seorang budak. Dari tulang rusuknya Allah menciptakan manusia
paling mulia yakni Muhammad Saw. Adapun Ishaq dari ibu wanita merdeka dan dari
tulang sulbinya Allah menciptakan Yaqub dan dari Yaqub lahir bani Israil nyang
sebagian dijadikan (dirubah) kera dan babi.”
HIkmah Ritual-ritual Dalam Ibadah Haji
Haji ialah
menuju ke Baitullah dan
tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula.
Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi tersebut, adalah selain
Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud
dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai
sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf,
sa'i, wukuf, mazbit di
Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di
Mina, dan lain-lain.
Diantara hikmah ritual dalam ibadah haji antara lain:
a.
Pakaian
Ihram, dalam pakaian ihram warna tidak menjadi
prinsip, namun yang menjadi prinsip adalah tidak berjahit. Hal tersebut
menunjukkan pemakainya supaya melepaskan diri dari sifat-sifat buruk yang lekat
dalam dirinya, seperti merasa bangga, suka pamer, sombong dan takabbur. Lebih jauh
lagi adalah timbul rasa merendahkan diri dan hina dihadapan Tuhannya, dan rasa
tidak memiliki kekuatan apapun sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsy Allah
berfirman: “wahai manusia sesungguhnya engkau kelaparan. Aku-lah yang
memberimu makan. Sesungguhnya engkau telanjang, Aku-lah yang memberi pakaian.”
, Firman Allah “ Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa diantara kamu.” (QS.
Al-Hujurat: 13).
b.
Berihram. Berihram merupakan niat, yaitu niat memasuki ibadah haji atau
umrah sebagai pemenuhan atas panggilan Allah SWT. Menanggalkan segala kebesaran
dan kemewahan, jabatan dan kesibukan duniawi untuk ihlas dan pasrah demi
memnuhi panggilan Allah.
c.
Talbiyah. Talbiyah merupakan panggilan
Allah kepada seseorang untuk senantiasa dengan ikhlas memneuhi panggilan
Tuhannya. Jamaah haji yang mengumandangkan talbiyah melahirkan pernyataan
tunduk mutlak kepada petunjuk-petunjuk Allah, atas dasar keyakinan secara sadar
bahwa sikap demikian itu akan membawa keberuntungan bagi manusia itu sendiri
sekaligus malahirkan kesatuan kemanusiaan diantara sesama jamaah haji yang
berkewajiban mengabdi kepada-Nya.
d.
Thawaf. Thawaf membawa makna maknawi berputar pada poros bumi yang paling
awal dan palin dasar. Perputaran tujuh keliling bisa diartikan sama dengan
jumlah hari yang beredar mengeliilingi kita dalam setiap minggu. Lingkaran
putaran ka’bah merupakan arena pertemuan dan bertemu dengan Allah yang
dikemukakan dengan do’a dan dzikir dan selalu dikumandangkan selama
mengelilingi Ka’bah agar kita mengerti dan menghayati hakikat Allah dan manusia
sebagai mahluknya, hubungan mahluk dan pencipta dan ketergantungan manusia akan
Tuhannya.
Mencium hajar aswad bernilai sikap kepatuhan kepada sunnah Nabi SAW.
Sebagaimana dalam perkataan Umar “sungguh aku mengetahui engkau hanyalah
batu, sekiranya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah SAW telah menciummu dan
mengusapmu, niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu” (HR. Ahmad)
e.
Sa’I. pelaksanakan Sa’i merupakan
pelestarian pengalaman siti Hajar yang mencari air minum untuk anaknya diantara
bukit shafa dan marwah. Diantara hikmah yang perlu dicerna dalam ritual ini
adalah memberikan makna sikap optimis dan usaha yang keras serta penuh
kesabaran dan tawakkal kepada Allah SWT. Dalam sa’I disyari’atkan Ramal, yaitu
berjalan cepat (setengah lari) yang menunjukkan kekuatan dan kebesaran kaum
muslimin serta keluhuran agama mereka. Sekaligus menakut-nakuti orang orang
musyrik dan kafir pada waktu itu. Dalam hadits Rasulullah bersabda “semoga
Allah mengasihi seseorang yang memperlihatkan kekuatan dirinya kepada mereka”.
f.
Bercukur. Perintah untuk bertahallul adalah agar kotoran yang melekat
pada rambut menjadi hilang karena rambut kepala berfungsi menjaga otak dari
berbagai penyakit. Mencukur wajib bagi laki-laki sedangkan perempuan tidak,
dalam hadits dikatakan “tidak wajib atas perempuan mencukur rambutnya,
tetapi wajib memendekkannya” (HR. Ibnu Abbas)
g.
Wukuf. Wukuf di arafah menandai muncak dari ibada haji sebagaimana hadits
Nabi “haji adalah (wukuf) di Arafah” (H.R. Bukhari dan Muslim). Di
padang arafah seluruh jamaah haji dari
segala penjuru dunia berkumpul di tempat yang dilambangkan sebagai maqam
ma’rifah[1]
ini dengan satu kesamaan tujuan, tidak ada perbedaan kaya atau miskin, hitam
atau putih, orang biasa atau pejabat. Arafah menjadi wahana syi’ar haji yang
paling penting diambil dari kata ta’aruf yang artinya saling mengenal.
Setelah wukuf dilakukan, jama’ah haji merasakan bebas dari beban dosa kepada
Allah, yakin do’a dikabulkan, dorongan untuk melakukan kebaikan lebih banyak
terasa sangat kuat, dan rahmat Allah pun dirasakan menentramkan jiwanya. Dalam
hadits Nabi bersabda “aku berlindung kepada Allah SWT dari (godaan) syetan
yang terkutuk. Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba
dari neraka selain dari hari Arafah”. (HR. Muslim).
h.
Mabit
di Muzdalifah. Setelah tenggelam matahari pada hari
arafah, jamaah haji berangkat menuju muzdalifah untuk berhenti, istirahat dan
bermalam di sana. Selama mabit jamaah disunnahkan memungut kerikil sedikitnya 7
butir untuk melontar jumrah Aqabah esok paginyasesamoainya di Mina. Disini
tergambar jamaah haji bagaikan pasukan yang menyiapkan senjata dalam rangka
berperang melawan musuh laten manusia, yaitu syetan yang terkutuk, kareka itu
melempat jumrah adalah lambing memerangi syetan.
i.
Mabit
di Mina. Terdapat dua pekerjaan penting yang perlu
dilakukan selama di Mina. Pertama, melontar jamarat, yang pada hari
Nahar melontar jumratul Aqobah dan pada hari Tasyriq melontar Jumratul Ula,
Jumratul Wustqo dan Jumratul Aqabah. Kedua, mabit, yakni menginap dan
tinggal di Mina selama hari Ayyamut Tasyrik. Diantara keistimewaan Mina
antara lain:
1.
kawasan
ini pada hari biasa tampak sempit san selalu menjadi luas secara otomatis
sehingga dapat menampung seluruh jamaah. Sebagaimana ucapan Nabi “sesungguhnya
Mina ini seperti rahim,ketika terjadi kehamilan daerah ini diluaskan oleh
Allah”
2.
batu
kerikil yang dilontarkan ke jumrah oleh jamaah haji yang hajinya diterima oleh
Allah diangkat oleh malaikat ke langit. Dan batu yang dilontar oleh mereka yang
tidak diterima dibiarkan menetap disekitar jumrah yang akhirnya dibersihkan,
hal tersebut sesuai dengan ucapan Abdullah Ibn Umar.
j.
Melontar
Jumrah. Ritual ini mempunyai hikmah yang yang besar
sekali. Dimaksudkan sebagailambang lemparan terhadap iblis yang dilaknat oleh
Allah. Diantara hikmah melempar jumrah adalah untuk mengikuti jejak Nabi
Ibrahim beserta anak dan istrinya yang melempari iblis yang selalu menggodanya
untuk tidak melaksanakan perintah Allah.
k.
Dam. Adalah suatu amalan ibadah yang wajib dilakukan oleh orang yang
melakukan ibadah haji atau umrah sebagai pengganti suatu tata cara ibadah lain
yang tertinggal, secara bahasa dam berarti darah. Hikmah yang harus difahami
adalah menyadari kembali bahwa ibadah haji adalah laksana jihad, menegakkan
agama Allah, dimana jihad itu sudah barang tentu berakibat mengalirnya darah
sebagai syahid. Menegakkan agama Allah berarti membela iman, yang pada akhirnya
menempati posisi keyakinan, “hidup dan mati adalah karena Allah, termasuk mati
dengan mengelarkan darah”.
l.
Menyembelih
qurban. Disamping meneladani nabi Ibrahim, dalam
ritual ini mengandung hikmah:
1.
memperlihatkan
ketaatan yang sempurna kepada Allah Yang Maha Agung.
2.
bersyukur
kepada Allah berupa nikmat tebusan.
m.
Nafar. Secara bahasa nafar diartikan rombongan atau gelombang
keberangkatan jamaah haji menuju Mina. Nafar terbagi dua: Nafar Awal yang
jamaah haji menyelesaikan semua kewajiban hajinya di Mina sampai hari kedua
Tasyrik, dan Nafar Tsani diharuskan bermalam lagi di Mina dan melontar Jumroh
esok harinya (13 Dzulhijja) baru kemudian meninggalkan Mina. Hikmah adanya
penetapan hokum Nafar berdasarkan firman Allah SWT dan amaliah Rasulullah SAW
memberikan satu kontribusi alternative untuk dipilih oleh seseorang jamaah
berdasarkan kepentingan masing-masing.[2]
n.
Thawaf
Wada’. Dalam thawaf wada’ atau tawaf perpisahan ini
ada bebrapa hal yang yang dapat dihayati antara lain:
1.
bersyukur
kepada Allah atas rahmad-Nya sehingga dengan itu semua pekerjaan Haji atau
Umrah dapat diselesaikan dengan baik dan semaksimal mungkin.
2.
mengharap
kepada Allah agar semua amal Ibadah yang dikerjakan, tenaga, waktu, uang dan
dana yang dikeluarkan untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah benar-benar
mabrur disisi Allah.
3.
berdo’a
dalam thawaf wada’ agar selama perjalanan pulang diberikan perlindungan dan
keselamatan sampai tujuan.
4.
mengulangi
ibadah yang boleh diulang-ulang sebagaimana pertemuan dengan ka’bah ini akan
menimbulkan kenikmatan tersendiri, selain memperoleh balasan pahala.
5.
salah
satu yang didambakana pasangan suami istri adalah keturunan dan generasi yang
diridhai Allah. Sebagaimana terkandung dalam surat Al-Baqorah ayat 128 yang
artinya: “ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau, dan jadikanlah diantara anak cucu-cucu kami umat yang tunduk
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat
ibadah haji kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”.
Istinja' Menggunakan Tissue
Disebutkan dalam banyak kitab fikih klasik bahwa Istinja' atau bercebok merupakan kegiatan membersihkan kotoran yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur) dengan air, batu, daun atau yang sejenisnya. Di samping istinja’, bercebok disebut juga dengan istijmar, karena menggunakan jimar (batu kecil) untuk membersihkannya. pada saat ini baik sering kita temukan banyak kamar mandi yang menyedikan tissue sebagai pengganti batu dalam beristinja'.
Soal:Apakah tissu dapat menggantikan batu dalam beristinja’?
Jawab:
- Boleh
dengan dasar hadits:
Dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman -radhiallahu anhu- bahwa:
قِيلَ لَهُ قَدْ
عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ
فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ
نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ
نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ
أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
“Ditanyakan kepadanya, “(Apakah) Nabi kalian telah mengajarkan segala
sesuatu hingga adab beristinja?” Abdurrahman berkata, “Salman menjawab, “Ya.
Sungguh beliau telah melarang kami untuk menghadap kiblat saat buang air besar
dan saat buang air kecil, serta beliau melarang kami untuk beristinja’ dengan
tangan kanan, beristinja’ dengan batu kurang dari tiga buah, atau beristinja’ dengan
kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim)
-
Istijmar
harus dengan tiga biji batu yang suci
-
Istijmar
tidak boleh dengan kotoran, tulang, makanan dan segala sesuatu yang dihormati.
-
Yang
paling utama adalah istijmar dengan batu atau yang serupa seperti tissu (sapu
tangan), tanah, dan semisalnya, kemudian diteruskan dengan air, karena batu
menghilangkan benda najis dan air mensucikannya, maka lebih sempurna.
-
Manusia
diberi pilihan di antara istinja dengan air atau istijmar dengan batu dan
semisalnya. Jika ia ingin salah satunya maka air lebih utama karena ia lebih
mensucikan tempat dan menghilangkan benda ('ain) atau bekas. Ia lebih
membersihkan.
-
Jika ia
hanya ingin memakai batu saja, cukup tiga biji batu apabila sudah bisa
membersihkan tempat. Jika belum membersihkan, ia menambah empat dan lima hingga
benar-benar bersih dan yang utama adalah dalam bilangan ganjil.
-
Tidak
boleh istijmar dengan tangan kanan, kecuali Jika tangan kiri terputus atau
patah atau sakit atau yang lainnya maka, istijmar dengan tangan kanannya
diperbolehkan.[1]
[1] Al-lajnah ad Daimah lil
Buhuts al ‘Ilmiah wal Ifta’, “Kaifiyatut Thaharah Wa Sholatul Maridh”, terjemah
oleh Muhammad Iqbal A. Gazali, 2010, IslamHouse. Hal. 1-2.
KESULITAN BELAJAR (Makalah Psikologi Pendidikan)
LATAR BELAKANG
Dunia
pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga
mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara
menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan)
maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang
seobyektif mungkin.
Dengan
demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan
kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan
diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat
kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya
perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan
masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi
kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat,
untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta
BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang
terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa.
Berkait
dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam
diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis
yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha
untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan
diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai
ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat
vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian.
Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa.
Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Download Makalah Lengkap DI SINI
UTUSAN MAUT
Seseorang didatangi malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Orang
tersebut lalu bertanya. “apakah kedatanganmu ini sebagai kunjungan biasa atau
untuk mencabut nyawaku?”
Izarail menjawab, “kunjungan biasa.”
Orang itu berkata lagi, “ Demi persahabatan kita. Jika telah dekat
ajalku nanti kirimkanlah utusan untuk memberi tahu aku.”
Izrail menyetujui permintaan tersebut.
Pada suatu hari Izrail
datang untuk mencabut nyawa sahabatnya. Orang itu berkata, “bukankah belum
pernah ada utusanmu yang atang kepadaku untuk memberitahukan perkaraku ini?”
Izrail menjawab, “Sudah... sudah pernah datang, bahkan beberapa
kali. Bukankah tulang punggungmu bungkuk padahal sebelumnya lurus?, rambutmu
memutih yang sebelumnya hitam. Suaramu bergemetar sesudah dahulunya lantang. Bahkan
akhir-akhir ini kamu lemah sesudah ahulunya kamu kuat perkasa. Penglihatanmu kabur
sesudah ahulunya terang. Kamu dahulu penuh harapan, tetapi akhir-akhir ini
sering putus asa. Aku telah mengirim sekian banyak utusan padamu padahal kamu
hanya memeinta satu utusan. Oleh karena itu janganlah akmu menyalahkan aku.
HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA (makalah Masa'ilul Fiqh)
LATAR BELAKANG
Allah
SWT menurunkan ajaran Islam ke dunia
untuk menjadi rahrnat bagi semua makhluk-Nya. Dengan mengkaji sumber-sumber
khazanah Islam (Al-Qur’an dan Sunnah Nabi), maka kita akan menemukan ajaran
hidup yang sarat pesan untuk dapat hidup bahagia, sejahtera, sehat lahir dan
batin sebagai kontribusi Islam kepada kehidupan manusia dan manivestasi
kerahmatannya yang universal. Islam disamping memperhatikan kesehatan rohani
sebagai jembatan menuju ketenteraman hidup duniawi dan keselamatan ukhrawi, Islam
juga sangat menekankan pentingnya kesehatan jasmani sebagai nikmat Allah yang
sangat mahal untuk dapat hidup aktual secara optimal. Sebab kesehatan jasmani
disamping menjadi faktor pendukung dalam terwujudnya kesehatan rohani, juga
sebagai modal kebahagiaan lahiriah. Keduanya saling terkait dan melengkapi
tidak bisa dipisahkan bagai dua sisi mata uang.
Oleh
karena itu Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai
perawat kehidupan dan misi kemanusiaan dengan izin Allah SWT. Bahkan ia
memerintahkan kita semua sebagai fardhu ‘ain (kewajiban individual) untuk
mempelajarinya secara global dan mengenali sisi biologis diri kita
sebagai media peningkatan iman untuk semakin mengenal Allah Al-Khaliq disamping
sebagai kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan dan menjaga hidupnya.
Firman
Allah swt.yang artinya : ” Dan di bumi
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada
dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan.?” QS. Ad-Dzariyat (
51): 20, 21.) Sabda Nabi saw.:”
Berobatlah wahai hamba Allah! karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan
penyakit melainkan la telah menciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit,
yaitu tua.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).
DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA DI SINI
AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM
Latar Belakang
Manusia menggunakan akal dan wahyu dalam memperoleh
pengetahuan tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan. Akal
sebagai daya berfikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai
kepada Tuhan. Dan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada
manusia melalui Nabi dan Rasul dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan
kewajiban manusia terhadap Tuhan.
Persoalan masalah akal dan wahyu ada kaitannya
dengan dua masalah pokok yakni permasalahan bagaimana mengetahui Tuhan dan
bagaimana mengetahui baik dan buruk. Problem pertama bercabang menjadi dua
yakni mengetahui Tuhan dan kewajiban untuk mengetahui Tuhan. Sedangkan problem
yang kedua ialah mengetahui baik dan buruk serta kewajiban mengerjakan
perbuatan baik dan kewajiban meninggalkan perbuatan buruk.
DOWNLOAD MAKALAH LENGKAPNYA DI SINI
TEORI-TEORI DASAR INTEGRASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Integrasi
merupakan suatu keadaan di mana
kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap
kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan
mereka masing-masing. Dalam integrasi tersebut
setiap kelompok masyarakat memiliki adat-istiadat atau kebudayaan yang
berbeda-beda namun mereka tetap berpegang teguh terhadap adat-istiadat dan
kebudayaan mereka masing-masing. Dimana di dalam suatu wilayah suatu kelompok
harus mengikuti suatu kebudayaan mayoritas.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan integrasi?
2.
Apa sajakah teori-teori integrasi?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi dari integrasi itu sendiri
2.
Untuk mengetahui teori-teori apa saja yang terdapat
dalam integrasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi
Integrasi
berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi
memiliki 2 pengertian, yaitu :
- Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan
sosial dalam suatu
sistem sosial tertentu
- Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur
tertentu
B. Teori-teori Integrasi
Integrasi
terbagi dalam dua sisi, di sisi makro adalah fungsional struktural dan teori
konflik, sedangkan di sisi mikro adalah teori interaksionisme simbolik, teori etnometodologi,
teori pertukaran, dan teori rasional.
a. Makro
1. Teori Fungsional Struktural
Teori
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang
luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan.
Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari
elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian masyarakat ini sebagai
"organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan"
secara wajar. Dalam arti paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya
untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik,
dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif."
Bagi Talcott
Parsons,
"fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu
dalam pengembangan metodologis ilmu
sosial, bukan sebuah
mazhab pemikiran.
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan
teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang.
Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile
Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat
dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai
organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan,
ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme
tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya
pendekatan struktural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial.
Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile
Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan
Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian
dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari
kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi
apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi
panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional.
Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology
organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah
kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan.
Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang
membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu
sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan
merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim
dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu,
antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk
berbagai perspektif fungsional modern.
Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini
juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi
Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah
- Visi substantif mengenai tindakan sosial dan
- Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.
Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna
dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai tindakan aktor
dalam menginterpretasikan keadaan.
2. Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan
sosial tidak terjadi melalui
proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat
adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan
kondisi semula.
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural
fungsional. Pemikiran yang
paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl
Marx. Pada tahun
1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan
alternatif terhadap teori struktural fungsional.
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang
masyarakat kelas dan perjuangannya.Marx tidak mendefinisikan kelas secara
panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di
Eropa
di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar.Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial
hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam
proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran
semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa
adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis
mendorong terbentuknya gerakan
sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah
sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori
konflik merupakan antitesis dari teori struktural
fungsional, dimana teori
struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan
konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak
akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti
pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori
konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga
membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda
ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi
dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu
agar terciptanya perubahan
sosial. Ketika struktural
fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu
terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial
disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik
tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam
konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan
“paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena
adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya
dengan dominasi, koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang
berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf
Dahrendorf.
b. Mikro
1. Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme SimbolisInti pandangan pendekatan ini
adalah individu.Para ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu
merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa
individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui
interaksinya dengan individu yang lain.
Dalam perspektif ini dikenal nama sosiolog George
Herbert Mead (1863–1931), Charles Horton Cooley (1846–1929), yang memusatkan
perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan
bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol,
yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata.Sosiolog
interaksionisme simbolik kontemporer lainnya adalah Herbert Blumer (1962) dan
Erving Goffman (1959).
Seperti yang dikatakan Francis Abraham dalam Modern Sociological Theory (1982), bahwa interaksionisme simbolik pada hakikatnya merupakan sebuah perspektif yang bersifat sosial- psikologis yang terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis. Teori ini akan berurusan dengan struktur- struktur sosial, bentuk-bentuk kongkret dari perilaku individual atau sifat-sifat batin yang bersifat dugaan, interaksionisme simbolik memfokuskan diri pada hakekat interaksi, pada pola-pola dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi sendiri dianggap sebagai unit analisis: sementara sikap-sikap diletakkan menjadi latar belakang.
Seperti yang dikatakan Francis Abraham dalam Modern Sociological Theory (1982), bahwa interaksionisme simbolik pada hakikatnya merupakan sebuah perspektif yang bersifat sosial- psikologis yang terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis. Teori ini akan berurusan dengan struktur- struktur sosial, bentuk-bentuk kongkret dari perilaku individual atau sifat-sifat batin yang bersifat dugaan, interaksionisme simbolik memfokuskan diri pada hakekat interaksi, pada pola-pola dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi sendiri dianggap sebagai unit analisis: sementara sikap-sikap diletakkan menjadi latar belakang.
Baik manusia dan struktur sosial
dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan aktif jika
dibandingkan dengan perspektif-perspektif sosiologis yang konvensional.Di sisi
ini masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak
hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan
mencipta. Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang aktor
yang dinamis dan berubah, Yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak
pernah selesai terbentuk sepenuhnya.
Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar
sana” yang selalu mempengaruhi dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya
merupakan sebuah proses interaksi. Individu bukan hanya memiliki pikiran
(mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah entitas psikologis, namun
sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses pengalaman dan
aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat
simbolik, di mana makna-makna dibentuk oleh akal budi manusia. Makna-makna itu
kita bagi bersama yang lain, definisi kita mengenai dunia sosial dan persepsi
kita mengenai, dan respon kita terhadap realitas muncul dalam proses interaksi.
Herbert Blumer, sebagaimana dikutip oleh Abraham (1982) salah satu arsitek
utama dari interaksionisme simbolik menyatakan: Istilah ‘interaksi simbolik’
tentu saja menunjuk pada sifat khusus dan khas dari interaksi yang berlangsung
antar manusia. Kekhususan itu terutama dalam fakta bahwa manusia
menginterpretasikan atau ‘mendefinsikan’tindakan satu sama lain dan tidak
semata-mata bereaksi atas tindakan satu sama lain. Jadi, interaksi manusia
dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi, atau oleh penetapan
makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini ekuivalen dengan pelibatan proses
interpretasi antara stimulus dan respon dalam kasus perilaku manusia.
Pendekatan interaksionisme simbolik memberikan
banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif ketimbang
pendekatan-pendekatan teoritis lainnya.Pendekatan interaksionisme simbolik
berkembang dari sebuah perhatian ke arah dengan bahasa; namun Mead
mengembangkan hal itu dalam arah yang berbeda dan cukup unik.Pendekatan
interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah
virtual.Semua interaksi antarindividu manusia melibatkan suatu pertukaran
simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan
mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu
dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang
lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi
antarindividu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang
orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.
Gagasan Teori Interaksionisme SimbolikIstilah paham
interaksi menjadi sebuah label untuk sebuah pendekatan yang relatif khusus pada
ilmu dari kehidupan kelompok manusia dan tingkah laku manusia. Banyak ilmuwan
yang telah menggunakan pendekatan tersebut dan memberikan kontribusi
intelektualnya, di antaranya George Herbert Mead, John Dewey, W.I Thomas,
Robert E.Park, William James, Charles Horton Cooley, Florian Znaniceki, James
Mark Baldwin, Robert Redfield dan Louis Wirth. Teori interaksionisme simbolis
adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri
sendiri (the self) dan dunia luarnya.Di sini Cooley menyebutnya sebagai looking
glass self.
Dengan mengetahui interaksionisme simbolik sebagai teori
maka kita akan bisa memahami fenomena sosial lebih luas melalui pencermatan
individu. Ada tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolis ini, yakni
manusia bertindak berdasarkan makna-makna; makna tersebut didapatkan dari
interaksi dengan orang lain; makna tersebut berkembang dan disempurnakan saat
interaksi tersebut berlangsung.Menurut KJ Veeger yang mengutip pendapat Herbert
Blumer, teori interaksionisme simbolik memiliki beberapa gagasan.Di antaranya
adalah mengenai Konsep Diri.
Di sini dikatakan bahwa manusia bukanlah satu-satunya
yang bergerak di bawah pengaruh perangsang entah dari luar atau dalam melainkan
dari organisme yang sadar akan dirinya (an organism having self). Kemudian gagasan
Konsep Perbuatan dimana perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses
interaksi dengan dirinya sendiri. Dan perbuatan ini sama sekali berlainan
dengan perbuatan-perbuatan lain yang bukan makhluk manusia. Kemudian Konsep
Obyek di mana manusia diniscayakan hidup di tengah-tengah obyek yang ada,yakni
manusia-manusia lainnya.
Selanjutnya Konsep Interaksi Sosial di mana proses
pengambilan peran sangatlah penting. Yang terakhir adalah Konsep Joint Action
di sini aksi kolektif yang lahir atas perbuatan-perbuatan masing-masing
individu yang disesuaikan satu sama lain.Menurut Soeprapto (2001), hanya
sedikit ahli yang menilai bahwa ada yang salah dalam dasar pemikiran yang
pertama. “Arti” (mean) dianggap sudah semestinya begitu, sehingga tersisih dan
dianggap tidak penting. “Arti” dianggap sebagai sebuah interaksi netral antara
faktor-faktor yang bertanggungjawab pada tingkah laku manusia, sedangkan
‘tingkah laku’ adalah hasil dari beberapa faktor.Kita bisa melihatnya dalam
ilmu psikologi sosial saat ini.Posisi teori interaksionisme simbolis adalah
sebaliknya, bahwa arti yang dimiliki benda-benda untuk manusia adalah berpusat
dalam kebenaran manusia itu sendiri.
Dari sini kita bisa membedakan teori interaksionisme
simbolis dengan teori-teori lainnya, yakni secara jelas melihat arti dasar
pemikiran kedua yang mengacu pada sumber dari arti tersebut.Teori
interaksionisme simbolis memandang bahwa “arti” muncul dari proses interaksi
sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda untuk seseorang tumbuh dari
cara-cara di mana orang lain bersikap terhadap orang tersebut. Sehingga
interaksi simbolis memandang “arti”sebagai produk sosial; Sebagai kreasi-kreasi
yang terbentuk melalui aktifitas yang terdefinisi dari individu saat mereka
berinteraksi.
Pandangan ini meletakkan teori interaksionisme simbolis
pada posisi yang sangat jelas, dengan implikasi yang cukup dalam.Tokoh-tokoh
Teori Interaksionisme Simbolik.Mengikuti penjelasan Abraham (1982), Charles
Horton Cooley adalah tokoh yang amat penting dalam teori ini.Pemikiran sosial
Cooley terdiri atas dua asumsi yang mendalam dan abadi mengenai hakikat dari
kehidupan sosial, yaitu bahwa kehidupan sosial secara fundamental merupakan
sebuah evolusi organik, dan bahwa masyarakat itu secara ideal bersifat
demokratis, moral, dan progresif.Konsep evolusi organik-nya Cooley berbeda
secara hakiki dari konsepnya Spencer dan para ilmuwan sosial abad
kesembilanbelas.
Sementara para pemikir yang lebih awal memusatkan diri
pada aspek-aspek kolektif yang berskala-besar dari pembangunan, dari
perjuangankelas, dari lembaga sosial dan sebagainya, di sini Cooley berusaha
mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih mendalam mengenai individu namun bukan
sebagai entitas yang terpisah dari masyarakat, namun sebagai sebuah bagian
psiko-sosial dan historis dari bahan-bahan penyusun masyarakat.“Kehidupan kita
adalah suatu kehidupan manusia secara keseluruhan,” kata Cooley, “dan jika kita
ingin memiliki pengetahuan yang riil atas diri individu, maka kita harus
memandang individu secara demikian. Jika kita melihatnya secara terpisah, maka
proses pengetahuan kita atas diri individu akan gagal.” Jadi, evolusi organik
adalah interplay yang kreatif baik individu maupun masyarakat sebagai dua wujud
dari satu fenomena yang sama, yang saling menegaskan dan beriringan meski tetap
masih bisa dibedakan. ”Masyarakat adalah sebuah proses saling berjalinnya dan
saling bekerjanya diri-diri yang bersifat mental (mental selves). Saya
membayangkan apa yang Anda pikirkan, terutama mengenai apa yang Anda pikirkan
tentang apa yang saya pikirkan, terutama mengenai apa yang saya pikirkan
tentang apa yang Anda pikirkan.”
Jadi, menurut Cooley, tugas fundamental dari
sosiologi ialah untuk memahami sifat organis dari masyarakat sebagaimana dia
berlangsung melalui persepsi-persepsi individual dari orang lain dan dari diri
mereka sendiri. Jika sosiologi hendak memahami masyarakat, dia harus
mengkonsentrasikan perhatiannya pada aktivitas-aktivitas mental dari
individu-individu yang menyusun masyarakat tersebut.“Imajinasi yang saling
dimiliki oleh orang-orang merupakan fakta-fakta yang solid dari masyarakat.Masyarakat
adalah sebuah relasi di antara ide-ide yang bersifat personal.”Dalam konsep The
Looking-Glass Self (Diri Yang Seperti Cermin Pantul), menurut Cooley,
institusi-institusi sosial yang utama ialah bahasa, keluarga, industri,
pendidikan, agama, dan hukum.Sementara institusi-institusi tersebut membentuk
‘fakta-fakta dari masyarakat’ yang bisa dipelajari oleh studi sosiologis,
mereka juga merupakan produk-produk yang ditentukan dan dibangun oleh pikiran
publik. Menurut Cooley, institusi-institusi tersebut merupakan hasil dari
organisasi dan kristalisasi dari pikiran yang membentuk bentuk-bentuk adat
kebiasaan, simbol-simbol, kepercayaan-kepercayaan, dan sentimen-sentimen perasaan
yang tahan lama.
Oleh karena itu, institusi-institusi tersebut merupakan
kreasi mental dari individu-individu dan dipelihara melalui kebiasaan-kebiasaan
manusiawi dari pikiran yang hampir selalu dilakukan secara tidak sadar karena
sifat kedekatannya dengan diri kita (familiarity). Seperti yang ditegaskan oleh
Cooley, ketika institusi-institusi masyarakat dipahami terutama sebagai
kreasi-kreasi mental, maka individu bukanlah semata-mata ‘efek’ dari struktur
sosial, namun juga merupakan seorang kreator dan pemelihara struktur sosial
tersebut.
Intinya, Cooley mengkonsentrasikan kemampuan-kemampuan
analitiknya terhadap perkembangan dari diktum fundamentalnya, yaitu
“Imajinasi-imajinasi yang saling dimiliki oleh orang-orang merupakan
fakta-fakta yang solid dari masyarakat.” Dalam bukunya yang pertama, Human
Nature and the Social Order, dia terfokus pada teori mengenai diri yang
bersifat sosial (social-self), yakni makna “Aku”sebagaimana yang teramati dalam
pikiran dan perbincangan sehari-hari.
2. Etnometodologi
Yang
dimaksud dengan teori etnometodolgi ialah suatu teori dalam ilmu sosiologi yang
berisikan sekumpulan pengetahuan, serangkaian prosedur dan sejumlah
pertimbangan atau metode tentang kehidupan alamiah masyarakat sehari-hari, yang
ditandai dengan bahasa yang digunakan, di mana masalah-masalah kemasyarakatan
ini diartikan sebagai masalah yang diselesaikan secara rutin, praktis dan
kontinyu tanpa banyak menggunakan pikiran. Dalam kehidupan sehari-hari
dengan teori etnometodologi anggota masyarakat menggunakan penalaran praktis,
logika sendiri dan sifatnya abstrak teoritis, hidup dan berkembang dalam suatu
tatanan masyarakat alamiah yang merupakan produk masyarakat setempat.
Aliran
etnometodologi mempunyai prinsip-prinsip, sebagai berikut ;
1.
Mengkaji
kegiatan dan lingkungan praktis.
2.
Menganalisis
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, cara manusia berkomunikasi, mengambil
keputusan, berpenalaran dan sebagainya.
3.
Memakai
penalaran praktis.
4.
Menggunakan
penelitian empiris.
5.
Berpegang
pada pengalaman.
6.
Menggunakan
bahasa awam, bukan bahasa ilmiah.
7.
Berpendapat
bahwa akitivitas dari aktor yang terus menerus membentuk realitas masyarakat,
bukan sebaliknya
8.
Berasumsi
bahwa fenomena sehari-hari menjadi kacau, jika dianalisis dengan jalan
diskripsi ilmiah
9.
Berasumsi
bahwa norma, aturan hukum, struktur, semua tidak stabil, tetapi berubah-ubah
karena tindakan aktor yang terus menerus berubah.
Adapun
yang menjadi objek atau cara telaahan dari paham etnometodologi, antara lain
sebagai berikut ;
1.
Menelaah
praktik cerdas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
2.
Melakukan
kajian studi tentang sebuah institusi
3.
Mendapatkan
kejelasan yang substantif dari aktor
4.
Memberikan
sesuatu penjelasan kepada orang lain
5.
Mengetahui
cara atau metode menerima penjelasan dari orang lain
6.
Menganalisis
percakapan sehari-hari
7.
Menganalisis
pengejekan dan pelecehan orang lain
8.
Menganalisis
antara kalimat yang dipakai dengan narasi reasoning
9.
Menganalisis
antara pembicaraan dengan bahasa tubuh
10.
Mengontrol
diri dengan sikap rasa malu dan atau rasa percaya diri
11.
Menganalisis
metode pelanggaran sistem dan metode pemulihan sistem yang ada
12.
Menganalisis
terhadap negoisasi yang dilakukan para eksekutif
3. Teori pertukaran
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu
sosial yang menyatakan
bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan
yang saling memengaruh. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang
tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia
tersebut terhadap:
·
Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam hubungan dan apa yang
dikeluarkan dari hubungan itu.
·
Jenis hubungan yang dilakukan.
·
Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Munculnya teori pertukaran sosial
Pada umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat maka kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku
yang saling memengaruhi dalam hubungan tersebutyang terdapat unsur ganjaran ,
pengorbanan dan keuntungan . Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh
melalui adanya pengorbanan,manakala pengorbanan merupakan semua hal yang
dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi
perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang
berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat
kerja, percintaan, perkawinan,dan persahabatan.
Analogi dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa
bahwa setiap teman anda yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu
dari anda. Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda
butuhkan dari anda, akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda
membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu menjalin pertemanan
tentunya mempunyai tujuan untuk saling memperhatikan satu sama lain. Individu
tersebut pasti diharapkan untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu
jikalau dibutuhkan, dan saling memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi
mempertahankan hubungan persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost)
tertentu, seperti hilang waktu dan energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
tidak jadi dilaksanakan. Meskipun biaya-biaya ini tidak dilihat sebagai sesuatu
hal yang mahal atau membebani ketika dipandang dari sudut penghargaan (reward)
yang didapatkan dari persahabatan tersebut. Namun, biaya tersebut harus
dipertimbangkan apabila kita menganalisis secara obyektif hubungan-hubungan
transaksi yang ada dalam persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat
tidak sesuai dengan imbalannya, yang terjadi justru perasaan tidak enak di
pihak yang merasa bahwa imbalan yang diterima itu terlalu rendah dibandingkan
dengan biaya atau pengorbanan yang sudah diberikan.
Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut
cost and reward ini merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori
pertukaran ini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisis mikro, khususnya
pada tingkat kenyataan sosial antarpribadi (interpersonal). Pada pembahasan ini
akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans
dalam analisisnya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip
psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar
menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat
pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu
struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang
lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.
Berbeda dengan analisis yang diungkapkan oleh teori
interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan
proses-proses yang bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans
dan Blau yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif
atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat
subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksionisme
simbolik. Homans lebih jauh berpendapat bahwa penjelasan ilmiah harus
dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara
empirik.Proses pertukaran sosial ini juga telah diungkapkan oleh para ahli
sosial klasik. Seperti yang diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18
dan 19, para ahli ekonomi seperti Adam Smith sudah menganalisis pasar ekonomi
sebagai hasil dari kumpulan yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi
individual yang tidak dapat dilihat besarnya. Ia mengasumsikan bahwa
transaksi-transaksi pertukuran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat
memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu
dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran
yang dinegosiasikan secara pribadi.
4. Teori pertukaran rasional.
Teori Rasionalitas
Max Weber
Dalam
filsafat , rasionalitas pelaksanaan alasan. Ini adalah cara di mana orang
menarik kesimpulan ketika mempertimbangkan hal-hal yang sengaja. Hal ini juga
mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan seseorang alasan untuk keyakinan,
atau dengan tindakan seseorang dengan seseorang alasan untuk tindakan.Namun,
“rasionalitas” istilah cenderung digunakan dalam diskusi khusus ekonomi,
sosiologi, psikologi dan ilmu politik.Sebuah keputusan yang rasional adalah
salah satu yang tidak hanya beralasan, tetapi juga optimal untuk mencapai suatu
tujuan atau menyelesaikan masalah.“Rasionalitas” digunakan berbeda di berbagai
disiplin ilmu.
Ada
kalanya seperti contoh masalah ilmu ketuhanan yang dikaitkan dengan filsafat.
Secara rasio, pikiran kita tak akan bisa menyambungkannya. Yang bisa
“mendamaikan” hanyalah iman yang kita miliki. Jika seseorang berpikir rasional
bahwa usaha adalah cara yang tepat untuk mencapai tujuan, itu memang
benar. Tapi secara bathiniyah religius seseorang Doa sangatlah dibutuhkan
seperti teori yang dikemukakan Comte dalam teori metafisik-nya. Dan
pemikiran kita tentang ”Tuhan itu ada”. Secara rasional pikiran kita tidak akan
bisa menerima karena kurang bukti nyata tentang adanya (bentuk/dzat) Tuhan yang
benar-benar jelas.
Menentukan
optimalitas untuk perilaku rasional memerlukan formulasi diukur dari masalah,
dan pembuatan beberapa asumsi kunci.Ketika tujuan atau masalah melibatkan
membuat keputusan, rasionalitas faktor dalam seberapa banyak informasi yang
tersedia (lengkap atau tidak lengkap misalnya pengetahuan).Secara kolektif,
asumsi formulasi dan latar belakang adalah model dimana rasionalitas berlaku.
Menggambarkan relativitas rasionalitas: jika seseorang menerima sebuah model di
mana manfaat diri sendiri adalah optimal, maka rasionalitas disamakan dengan
perilaku yang mementingkan diri sendiri ke titik yang egois; sedangkan jika
seseorang menerima model yang menguntungkan kelompok optimal, maka perilaku
pribadi semata dianggap tidak rasional. Dengan demikian berarti untuk
menegaskan rasionalitas tanpa juga menetapkan asumsi model latar belakang
menggambarkan bagaimana masalah dibingkai dan dirumuskan.Manusia dipandang
sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada hakikatnya manusia
itu memiliki kecenderungan untuk berfikir yang rasional atau logis, di samping
itu juga ia memiliki kecenderungan untuk berfikir tidak rasional atau tidak
logis. Kedua kecenderungan yang di miliki oleh manusia ini akan nampak dengan
jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah laku yang nyata. Dengan kata lain
dapat di jelaskan bahwa apabila seseorang telah berfikir rasional atau logis
yang dapat di terima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku
yang rasional dan logis pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berfikir
yang tidak rasional atau tidak bisa di terima oleh akal sehat maka ia akan
menunjukan tingkah laku yang tidak rasional. Pola berfikir semacam inilah oleh
Ellis yang disebut sebagai penyebab bahwa seseorang itu mengalami gangguan
emosionil.
Para
sosiolog Jerman Max Weber mengusulkan sebuah interpretasi aksi sosial yang
membedakan antara empat jenis rasionalitas. Yang pertama, yang disebut
Zweckrational atau purposive / instrumental rasionalitas, berkaitan dengan
harapan tentang perilaku manusia lain atau benda di lingkungan. Harapan ini
berfungsi sebagai sarana untuk aktor tertentu untuk mencapai tujuan, yang Weber
mencatat yang “rasional dikejar dan dihitung.”Tipe kedua, disebut Weber
Wertrational atau nilai / kepercayaan berorientasi. Berikut tindakan yang
dilakukan untuk apa yang disebut alasan intrinsik untuk aktor: beberapa, etika
estetika, motif agama atau lainnya, tergantung dari apakah itu akan membawa
kesuksesan. Jenis ketiga adalah affectual, ditentukan oleh afek yang spesifik
seorang aktor, perasaan, atau emosi.“ Arti berorientasi” yang Weber sendiri
mengatakan bahwa ini adalah jenis rasionalitas yang di garis batas apa yang
dianggap. Keempat adalah tradisional, ditentukan oleh pembiasaan mendarah
daging. Weber menekankan bahwa itu sangat tidak biasa untuk menemukan hanya
salah satu orientasi: kombinasi adalah norma. Penggunaan nya juga membuat jelas
bahwa ia menganggap dua yang pertama sebagai lebih penting daripada yang lain,
dan dapat dikatakan bahwa ketiga dan keempat adalah subtipe dari dua yang
pertama. Jenis-jenis rasionalitas yang tipe ideal.
Keuntungan
dalam penafsiran ini adalah bahwa ia menghindari penilaian yang bermuatan
nilai, mengatakan bahwa beberapa jenis keyakinan yang irasional. Sebaliknya,
Weber menunjukkan bahwa tanah atau motif dapat diberikan – untuk agama atau
mempengaruhi alasan, misalnya – yang dapat memenuhi kriteria penjelasan atau
pembenaran, bahkan jika itu bukanlah penjelasan yang sesuai dengan orientasi
Zweckrational sarana dan berakhir. Sebaliknya karena itu juga benar: beberapa
cara-berakhir penjelasan tidak akan memuaskan mereka yang dasar untuk tindakan
adalah ‘Wertrational’.
Konstruksi
Weber tentang rasionalitas telah dikritik baik dari Habermasian (1984)
perspektif (sebagai tidak memiliki konteks sosial dan di bawah-berteori dalam
hal kekuasaan sosial), dan juga dari feminis perspektif (Eagleton, 2003) dimana
konstruksi rasionalitas Weber adalah dipandang sebagai dijiwai dengan
nilai-nilai maskulin dan berorientasi pada pemeliharaan kekuasaan
laki-laki.Sebuah posisi alternatif pada rasionalitas yang meliputi rasionalitas
terbatas (Simons dan Hawkins, 1949), serta afektif dan nilai-argumen
berdasarkan Weber) dapat ditemukan dalam kritik Etzioni (1988), yang reframes
pemikiran pada pengambilan keputusan untuk berdebat untuk pembalikan posisi
yang diajukan oleh Weber. Etzioni menggambarkan bagaimana purposive/instrumental
penalaran adalah subordinasi oleh pertimbangan-pertimbangan normatif (ide-ide
tentang bagaimana orang ‘harus’ untuk berperilaku) dan pertimbangan afektif
(sebagai sistem dukungan untuk pengembangan hubungan manusia).
Dalam
psikologi penalaran , psikolog dan ilmuwan kognitif telah membela posisi yang
berbeda pada rasionalitas manusia. Salah satu pandangan yang menonjol, karena
Philip Johnson-Laird dan Ruth MJ Byrne antara lain adalah bahwa manusia
rasional pada prinsipnya tetapi mereka keliru dalam praktek, yaitu manusia
memiliki kompetensi harus rasional, tetapi kinerja mereka dibatasi oleh
berbagai faktor.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Integrasi berasal
dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan
atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Adapun teori-teori
integrasi itu dibagi menjadi dua sisi yang pertama, teori makro dan yang kedua
teori mikro, dalam beberapa teori tersebut akan diperinci seperti halnya teori
makro di bagi dua yakni teori fungsional dan teori konflik, teori mikro dibagi
menjadi empat yakni teori interaksionisme simbolik, teori etnometodologi, teori
pertukaran, teori pertukaran rasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Riyadi Soprapto..2001. Interaksionisme Simbolik
Perspektif Sosiologi Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wardi
Bachtiar. 2006. Sosiologi Klasik remaja.Rosda Karya: Bandung
Soekanto,
Soerjana. 1982. Teori Sosiologi tentang Pribadi Masyarakat.Jakarta
Ghalia Indonesia
Bernard
Raho. 2007. Teori sosiologi modern. Jakarta: pustaka Publisher
Langganan:
Postingan (Atom)